Teori-teori tentang Akal

Instrumentalisme
Sekelompok filosof yang memperhatikan persoalan tentang akal juga menganggap akal sebagai bentuk perilaku, suatu perbuatan mental dan intelligent dan bukan hanya ekspresi fisiologikal. Mereka ada dua kelompok. Pertama instrumentalis seperti John Dewey, dan kedua logis atau behavioris yang diwakili oleh Gilbert Ryle. Persamaan antara kedua kelompok tersebut terdapat dalam penolakan mereka terhadap dualisme serta dalam penekanan mereka kepada intelligent behavior (perilaku yang berakal).
John Dewey adalah wakil nomor satu dari sikap instrumentalis. Karena kita akan membicarakan pandangannya yang menyeluruh pada fasal 15, maka di sini kita hanya menyebutnya secara ringkas. Bagi Dewey, akal tidak lagi merupakan kata benda akan tetapi merupakan kata sifat deskriptif tentang macam-macam perilaku tertentu. Akal terdiri atas “operative meanings”. Akal dan berfikir menjadi aspek fungsional dari interaksi kejadian-kejadian alam. tergantung kepada pandangan kita, akal dapat dianggap aspek dari alam, dari obyek atau dari organisme. Manusia dan alam merupakan bagian dari suatu kesatuan. Manusia bukannya sebagiannya badan dan sebagiannya lagi akal. Dewey menolak segala dualisme dan anggapan bahwa akal adalah “yang mengetahui” (knower); pada dasarnya ia menganggap akal sebagai aktivitas yang memecahkan persoalan, sebagai tanggapan seseorang terhadap yang samar-samar dan yang tak menentu. Dewey menganggap pemikiran sebagai transisi dari yang problematik kepada yang tentu dan aman. Jika saya menghadapi problem, saya mencari tempat kesulitan dan membentuk ide bagaimana menghadapi kesulitan tersebut; ini adalah gerak mental. “Banyak definisi akal dan fikiran telah disusun. Saya hanya mengetahui satu yang mengenai sasaran, yaitu: akal adalah respons terhadap hal yang disangsikan. Tak terdapat benda yang tidak bernyawa mengadakan reaksi terhadap benda-benda sebagai problematik.”[1]

Logikal Behaviorisme
Gilbert Ryle dalam Concept of Mind menunjukkan sikap yang sama kerasnya dengan sikap Dewey dalam menyerang dualisme badan akal, dan menegaskan bahwa akal bukannya suatu benda yang berbeda dan terpisah dari badan dan materi. Akal adalah cara bagaimana seseorang bertindak. “Jika kita melukiskan manusia sebagai kualitas akal yang mempengaruhi (exercising), kita menunjukkan tindakan yang terbuka disertai ucapan-ucapan”.[2]Akal bukannya suatu alam lain, yang mungkin paralel atau lebih jauh daripada alam biasa. Ryle berusaha untuk melepaskan diri dari yang ia namakan “dogma hantu dalam mesin” dan untuk mengoreksi “kesalahan kategori” atau “mitos filosof”. Kesalahan atau mitos ini akan terjadi ketika kita menempatkan fakta dari kehidupan mental dalam kategori atau kelas yang tidak sesuai. Ryle memakai contoh seorang asing yang mengunjungi kampus universitas. Gambarkanlah bahwa seorang pengunjung, setelah melihat ruangan-ruangan fakultas, perpustakaan, asrama para mahasiswa, lapangan olahraga, kantor administrasi dan aktivitas-aktivitas yang ada sangkut pautnya dengan semua itu, ia minta untuk melihat universitas. Ia akan mendapat jawaban bahwa universitas adalah penataan gedung-gedung tersebut serta kegiatan-kegiatan yang baru saja ia lihat. Menganggap universitas sebagai kesatuan di belakang hal-hal yang telah ia saksikan adalah salah. Begitu juga mengatakan bahwa “akal” adalah suatu dunia di belakang aktivitas penataan ide adalah suatu kesalahan.
(Sumber: Harold H. Titus. (1984). Persoalan-persoalan Filsafat).
[1] John Dewey, The Quest For Certainty (London: Allen and Unwin, 1930), hal. 214.
[2] Gilbert Ryle, The Concept of Mind, hal. 25. Bacalah diskusi mengenai buku ini dalam The Journal of Philosophy 48 (April 26, 1951): 257-301.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Teori-teori tentang Akal"

Posting Komentar

Copyright 2009 LOVERS of WISDOM
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates