Inspirasi

Ya Allah, Aku Bosan Mengeluh


Ya Allah...
Aku bosan mengeluh akan keadaanku ini. Keadaan yang Engkau ciptakan adalah untuk sebaik-baik makhluk. Kau beri aku kekurangan, tapi ketika kutanya kawan-kawan ternyata aku punya kelebihan. Maka, tak ada alasanku mengumbar kekurangan dan mencaci kelemahan.

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh akan bentuk fisikku. Fisik yang engkau berikan padaku adalah sebaik-baik bentuk. Aku tak Engkau berikan bagian tubuh yang cacat. Aku pun masih dapat berfikir normal. Jika ku lihat di luar sana, masih banyak yang Engkau berikan ujian berupa bentuk fisik yang tak sempurna. Mereka mampu tersenyum, menjadikanku malu untuk mengeluh.

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh akan hidupku. Karena yang Engkau titipkan adalah yang aku butuhkan. Jika aku berkata bahwa ini kurang dan itu kurang, sebenarnya adalah nafsuku yang berkata.

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh tentang semua. Karena ketika aku mengeluh, maka akan terlontar perkataan-perkataan buruk yang aku tau bahwa perkataan sejatinya adalah doa. Maka jika aku mengeluh, sesungguhnya aku telah menciptakan boomerang untuk diriku sendiri.

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh. Setelah ku pahami, kasih sayangMu yang tak terhingga. PemberianMu yang mengalir deras bak aliran sungai. Aku malu jika aku mengeluh. Aku seolah menjadi makhluk yang tak pernah berterimakasih.

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh. Keluhan-keluhan yang ku lontarkan pada setiap orang yang ku temui akan menular menjadi keluhan-keluhan baru. Lalu, apa gunanya aku hidup? Jika yang aku bisa tularkan bukanlah semangat tapi selalu keluhan.

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh. Memperlihatkan segala resah dan gundah pada semua orang. Yang mungkin tidak semua akan memahaminya, karena yang ku tahu masing-masing dari mereka juga memiliki beragam masalah.

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh. Setelah ku sadari arti hadirMu. Bukan hanya suatu Dzat yang menciptakan alam semesta, tapi Engkau adalah sebaik-baik kawan yang selalu setia mendengar, memahami dan memberi solusi. Jadi, kepadaMu-lah sepantasnya semua keluhan terlontar.

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh tatkala Engkau berikan apa yang bukan menjadi inginku. Karena aku tahu, bahwa Engkau lebih tahu aku daripada diriku sendiri. Engkau berikan ini meskipun terlihat buruk bagiku, tapi sebenarnya ada sesuatu yang luar biasa jika ku pahami dan ku pikirkan.

Perang (fisik) hakikatnya adalah kekerasan. Alasan apapun di balik sebuah peperangan, di dalamnya pasti berlaku prinsip saklek yang tak dapat dibantah: "dibunuh atau membunuh". Tak dapat ditolak, hal ini pasti berlaku, demi mempertahankan apa diperjuangkan dalam sebuah peperangan.
Tapi catatan manis selalu ada dan terlukis indah dalam setiap peperangan yang dipimpin oleh sang Junjungan tercinta, Nabi Muhammad saw.

Demikian juga dalam Perang Uhud, ada banyak kenangan indah yang (pasti) akan membuat kita berdecak kagum dan membuat kita ingin ikut di dalamnya, ingin ikut di dalam barisan yang beliau saw, pimpin. Salah satunya adalah sebuah kisah romantis dari sepasang pengantin baru, Handhalah dan istrinya...

Handhalah bin Abi Amir keluar kepada Rasulullah saw yang sedang mengatur barisannya di Uhud, dan begitu kaum musyrikin berantakan, maka kuda Aba Sofyan bin Harb terkena tembak, dan dia jatuh tersungkur ke tanah, maka Handhalah berteriak akan membunuhnya. Namun Al Aswad bin Syu'ub menyusulnya, lalu menghantam Handhalah dengan tombaknya hingga menembus badannya. Handhalah bertahan dan tetap menghampirinya (Aba Sofyan), tetapi Al Aswad kembali menombaknya, Handhalah dihantam untuk kedua kalinya. Maka Handhalah roboh, sedang Abu Sofyan lolos dan selamat.

Rasulullah saw berkata: "Aku melihat Handhalah dimandikan oleh malaikat di antara langit dan bumi dengan air dari Al Muzni dalam tempayang perak".

Abu Usai As Saidi berkata: "Kami pergi melihatnya. Dan kita temukan dari kepalanya menetes air. Maka begitu dilaporkan kepada Rasulullah saw, beliau mengutus kepada istri Handhalah untuk menanyakan dan dijawab oleh istrinya bahwa saat dia (Hadhalah, suaminya) keluar masih dalam keadaan junub, belum mandi besar (mensucikan diri dari janabat)".
...
Subhanallah...

Romantisme Handhalah, adalah kisah cinta sejati. Karena betapa pengorbanan demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya telah ia buktikan, benar2 mengalahkan segalanya. Bahkan cintanya kepada sang istri yang baru ia nikahi juga ia gadaikan demi cinta sejatinya. Padahal umumnya manusia menganggap pasangan (istri atau suami) adalah segalanya. Tetapi tidak demikian Handhalah. Karena ia adalah seorang hamba pencari cinta Tuhannya.

Bayangkanlah perasaan sepasang pengantin baru, sebuah saat istimewa. Tentu pergi meninggalkan istri yang baru ditemui untuk berperang, menjemput maut, adalah sebuah hal musykil bagi kita. Pada saat kesenangan duniawi ada di depan mata, lalu datang seruan berperang, Handhalah menyambutnya dengan penuh semangat, tanpa keraguan. Dan sang Istri, pun demikian ridha merelakan sang suami yang baru dikenalnya, untuk menyongsong kematian! Seruan untuk berperang disambutnya, dengan segera, bahkan untuk mandipun tak sempat!

Jika kita hanya mengandalkan logika manusia yang sederhana, ini diluar kesanggupan manusia biasa bukan? Kemampuan melawan diri sendiri seperti ini adalah hal mustahil bagi manusia yang memperturutkan hawa nafasunya. Padahal, bisa saja seseorang dalam posisi Handhalah&istrinya, berdalih dengan alasan yang sangat rasional. Tentu sangat wajar jika ia beralasan untuk absen tidak ikut perang dulu...ma'lum..pengantin baru, siapapun pasti bisa memahami kondisinya. Tetapi tidak demikian Handhalah. Inilah jiwa yang memahami arti cinta sebenarnya. Jiwa yang bisa memilih dan meletakan cinta kepada Allah dan rasul-Nya di atas segalanya.

Bagaimanakah dengan cinta kita??

Katakanlah:"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. 9:24)
Sering kita dengar orang berkata, “Mati aku,” atau “Sial banget gue,” atau “Gue parah banget nih.” Tadinya saya pikir ini hanya cara kita berbicara saja. Tetapi, setelah mempelajari lebih lanjut, ternyata kata-kata yang kita ucapkan ada kuasanya, bukanlah hal kosong. Tidak heran, kalau orang tua mengata-ngatai anaknya, “Kamu bodoh banget sih!” anak ini kemudian menjadi anak yang lambat berpikir. Apa yang diucapkan menjadi gambaran mental anak itu.

“Kata-kata membunuh, kata-kata memberi kehidupan.  Kata-kata bisa menjadi racun atau buah, Andalah yang memilih.”.  Bukti bahwa kata-kata berkuasa adalah sistem mantra/ sihir/ kutukan yang dilakukan oleh dukun (tapi jangan khawatir, kalau kita dekat dengan Tuhan, hal ini tidak akan terjadi). Mengutuki adalah mengatakan/ mengharapkan hal yang buruk terjadi, sebaliknya memberkati adalah mengatakan/ mengharapkan hal baik terjadi.

Kutukan bentuk lain berkata, “Diabetesku/ kankerku...” yang secara tidak langsung mengklaim hak milik atas penyakit tersebut. Lebih baik berkata, “Penyakit ini...” atau “Aku menjalani terapi dan akan lebih baik...”  Ada juga pengakuan, “Semua perempuan di keluarga kami mati muda...” Marilyn Hickey, seorang pembicara, merasa bahwa ia akan mati muda karena ibunya meninggal pada usia 39. Jadi setelah ulang tahunnya yang ke 38, Marilyn mulai berpikir tentang kematian. Semakin mendekati ulang tahun ke 39, semakin parah penyakitnya. Untunglah, akhirnya ia percaya bahwa Allah telah menebusnya dari  semua kutukan, ia bertobat dan tidak lagi percaya pada kebohongan itu. Saat ini usianya 83 tahun, dan Januari lalu saya bertemu dengannya saat nenek ini mampir ke Jakarta dalam perjalanannya menjadi pembicara keliling dunia! Berhati-hatilah dengan ucapan yang Anda tujukan pada diri Anda. Ucapkan kata-kata yang positif dan membangunYa Allah...

Aku bosan mengeluh. Karena tiap kali aku mengeluh, tanpa sadar aku telah mengejekMu secara tidak langsung. Mengejek ketidaksempurnaan ciptaan-Mu. Padahal Engkaulah sebaik-baik pencipta. Aku berharap Engkau tidak murka akan kelakuanku. Ampuni aku ya Rabb…

Ya Allah...
Aku bosan mengeluh. Tanpa sadar aku menjadi hamba yang kufur. Bisa saja Engkau langsung binasakan aku, tapi Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Aku yang senantiasa membutuhkanMu bukan sebaliknya. Kau beri aku kesempatan untuk memohon ampun.

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS. Luqman: 12)

"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (QS. Luqman: 17)

"Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS. Ibrahim: 8)

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman: 21
Cerita Inspirasi Kali ini tentang Kehidupan bukan Hanya kamu semata melainkan tentang Tuhan. Sungguh mengejutkan, Robin Williams yang hidupnya penuh tawa meninggal bunuh diri. Seorang aktor menulis bahwa Robin “full of life”, tetapi kenyataannya tidak demikian. Bermacam-macam alasan mengapa orang bunuh diri: depresi, kehilangan harapan, merasa orang lain bisa lebih baik tanpa mereka, ancaman impulsif (“kalau kau putuskan hubungan, aku bunuh diri.”) Sebenarnya tujuan akhir mereka bukanlah mengakhiri hidup, tetapi mengakhiri penderitaan.

Tetapi apakah bunuh diri menyelesaikan masalah? Bagi yang ditinggalkan, bunuh diri memberi masalah berkepanjangan. Bagaimana perasaan pasangan, anak, orang tua yang ditinggalkan? Seumur hidup mereka bertanya-tanya, mengapa hal ini terjadi, mengapa mereka tidak mencegahnya, apakah mereka tidak cukup berharga bagi orang tersebut untuk mempertahankan hidupnya?  Ada juga yang marah karena menganggap orang yang bunuh diri sangat egois, hanya memikirkan dirinya. Kepedihan, kebingungan, kemarahan, yang dialami sangat mendalam.

Seseorang pernah berkata pada saya bahwa ia ingin mati saja. Saya hanya bisa bertanya, “Apakah sudah tahu pasti kamu akan berada di mana setelah itu?” Apakah mereka yang bunuh diri masuk surga? Hanya Tuhan yang tahu dan berhak menjawab.

Tetapi dalam kitab suci memang ada perintah jelas, “Jangan membunuh,” kemungkinan besar termasuk jangan membunuh diri sendiri. Memang tidak mudah menjawab bagaimana dengan mereka yang sakit parah/sakit mental dan ingin mengakhirinya? Dua hal yang pasti, pertama, hidup ini bukan milik kita, melainkan milik Tuhan, sang pemberi nyawa.

Manusia tidak memiliki hak atas nyawanya, jadi sebelum Tuhan memutuskan untuk memanggil kita pulang, kita perlu bertahan. Kedua, ingat janji-Nya, sekalipun kita melalui lembah bayang-bayang maut, Tuhan ada di sana bersama kita untuk menghibur. Kehidupan manusia sangat berharga karena berasal dari Dia. “Kebahagiaan” bukanlah tujuan akhir, melainkan hidup penuh arti, pertumbuhan dan dedikasi bagi Dia
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Inspirasi "

Posting Komentar

Copyright 2009 LOVERS of WISDOM
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates