Pendidikan, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani

Pendidikan, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani


Hubungan negara, pemerintahan dan warga negara adalah hal yang saling berkaitan satu sama lain. Dimana suatu pemerintahan yang baik akan selaras dengan terwujudnya warga negara yang baik, dan menjadikan negara tersebut maju. Menjadikan pemerintahan yang baik juga tidak terlepas dari peran individu atau suatu kelompok dalam negara tersebut untuk membentuk suatu negara yang berkeadaban. Sehingga masyarakat sebagai warga negara seharusnya dibekali pengetahuan mengenai kehidupan bernegara tersebut. Dan warga negara dapat membantu mewujudkan negara yang diidam-idamkan tersebut.
Indonesia sebagai negara pun sudah membekali masyarakatnya dengan pengetahuan mengenai kehidupan berkewarganegaraan. Seperti yang kita tahu, pelajaran mengenai kewarganegaraan sudah ada sejak di jenjang sekolah dasar hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Pelajaran tersebut dikenal dengan Pendidikan Kewarganegaraan atau Civic education. Dalam pelajaran tersebut kita sering kali menemukan pembahasan mengenai Pancasila, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Civil society dipercaya oleh masyarakat dunia dapat mewujudkan negara yang di cita-cita kan, menjadi sebuah negara yang berkeadaban. Sehingga ke tiga topik tersebut juga kerap di sangkut pautkan satu sama lain, karena saling berhubungan satu sama lain. Sedangkan di Indonesia tidak hanya demokrasi, hak asasi manusia, dan masyarakat madani saja yang menjadi pembicaraan, tetapi pancasila juga menjadi hal yang dibicarakan untuk mewujudkan Indonesia maju, dan berkeadaban.
Demokrasi yang berasal dari kata demos dan kratos, secara sederhana diartikan bahwa pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sehingga masyarakat, rakyat, atau warga negara sangat berperan aktif dalam demokrasi. Demokrasi juga dipahami sebagai kebebasan berpendapat, atau kebebasan individu. Dan demokrasi juga dipahami sebagai suatu sistem sosial-politik yang paling baik dari banyak sistem dewasa ini oleh masyarakat dunia. Dalam mewujudkan demokrasi syarat yang paling umum dan penting adalah dengan terjaminnya hak-hak manusia, dan kebebasan individu yang bertanggung jawab.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Tugas Kuliah (Ichlas M.Pd)



HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KEKUASAAN PADA MASA PENJAJAHAN DAN KEMERDEKAAN

A.    Pendahuluan
Sejak tahun 60-an Bereday mengemukakan mengenai krisis pendidikan di dunia karena meledaknya tuntutan untuk memperoleh pendidikan dari negara-negara yang baru merdeka. Pengamatan seorang ahli sosiologi dan pendidikan sebelum PD II memaparkan bahwa pendidikan akan merupakan dinamit dalam revolusi kemerdekaan dari negara-negara terjajah.
Dewasa ini pendidikan di negara-negara berkembang mengalami revolusi. Bukan hanya pendidikan merupakan kewajiban dari pemerintah yang diakui sebagai salah satu hak asasi manusia tetapi telah merupakan suatu tuntutan dari setiap negara modern. Kewajiban belajar telah merupakan suatu keputusan bersama umat manusia (education for all) dan tuntutan tersebut bukan hanya merupakan tuntutan formal, tetapi juga tuntutan perubahan yang radikal dari isi dan proses dalam lembaga-lembaga pendidikan formal tersebut.
Di Indonesia perjuangan kemerdekaan yang dimulai oleh kaum terpelajar pada tahun 1908 hingga hadirnya kemerdekaan pada tahun 1945. kita mengenal dengan kepeloporan mahasiswa yang telah merobek-robek kekuatan diktator, baik pada zaman Orde Lama maupun Orde Baru. Gerakan pembaharuan mahasiswa telah merubah wajah negara dari totaliter menuju demokratis. Dalam bidang pendidikan nonformal kita melihat perubahan wajah dari bentuknya sebagai kursur-kursus yang berdiri sendiri menjadi lembaga-lembaga pelatihan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Dialektika Filsafat dalam Tahafut al-Falasifah dan Tahafut al-Tahafut

Diskursus Kalam dan Filsafat dalam Tahafut al-Falasifah dan Tahafut al-Tahafut

“serangan al-Ghazali terhadap dunia keilmuan masa tersebut sehingga memunculkan ketakutan-ketakutan bagi para pelajar untuk mengkaji filsafat”

A.            Muqaddimah
Tahafut al-Falasifah (Inkoherensi Filosof) dan Tahafut al-Tahafut (Inkoherensi orang yang inkoheren) adalah dua karya ini memiliki arti penting dalam pemikiran Islam khususnya Filsafat Islam mengingat bahwa kedua karya ini lahir dari dua tokoh yang sangat berpengaruh di dalam dunia Islam yang mewakili genre masing-masing. Al-Ghazali seorang teolog dan Ibn Rushd seorang filosof dan juga efek dari serangan al-Ghazali terhadap dunia keilmuan masa tersebut sehingga memunculkan ketakutan-ketakutan bagi para pelajar untuk mengkaji filsafat. Al-Ghazali tidak hanya menyerang pandangan filsafat dengan dasar argumentasi akan tetapi menggunakan kata-kata yang sarkastis bahkan  mengkafirkan para filosof yang menurut sebagian pengkaji filsafat terlalu dianggap terlalu berlebihan.
Sulayman al-Dunya menyebut bahwa masa ditulisnya Tahafut al-Falasifah adalah masa-masa kegalauan dan ketidak percayaan al-Ghazali pada banyak disiplin ilmu Islam . Ibn Rushd, 90 tahun kemudian sejak ditulis Tahafut al-Falasifah menulis jawaban dengan judul Tahafut al-Tahafut, sayangnya jawaban ini sedikit terlambat kehadirannya sehingga dianggap tidak mengatasi pengaruh yang telah dihasilkan Tahafut al-Falasifah. Namun demikian kedua karya tersebut menempati ruang tersendiri dalam sejarah pemikiran Islam dan menjadi kajian para peneliti sampai saat ini. Sebelum kita berbicara lebih lanjut tentang karya tersebut ada baiknya sekilas kita mengenal kedua tokoh besar Al-Ghazali dan Ibn Rushd
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pedidikan dan Kesetaraan Gender (Makalah Tugas Kuliah)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mendorong kemajuan di semua bidang kehidupan termasuk kemajuan dalam bidang teknologi informasi, telah membuka kesempatan bagi umat manusia untuk akses terhadap informasi global yang mengakibatkan terjadinya gejala dunia tanpa batas (borderless world). Peristiwa yang terjadi di suatu belahan dunia dapat dengan mudah dan cepat diketahui oleh masyarakat di belahan dunia lainnya, pergerakan dan perkembangan ide di suatu tempat dapat dengan mudah diketahui bahkan diikuti oleh masyarakat di bagian dunia lainnya. Demikian juga dengan masalah kesenjangan gender, hal ini sudah menjadi isu kebijakan yang universal dan telah menjadi suatu gerakan hampir di semua penjuru dunia, di mana dalam merumuskan kebijaksanaan di berbagai negara harus mempertimbangkan aspek kesetaraan gender.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Tugas Kuliah




PENDIDIKAN DAN KESETARAB GENDER
Oleh: Muhammad Alifuddin
Dosen Mata Kuliah: Ichlas Hasan, M.Pd




BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Bagi suatu negara, pendidikan merupakan realisasi kebijaksanaan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan yang dicita-citakan. Pendidikan merupakan komponen pokok dalam pembinaan landasan pengembangan sosial budaya. Pendidikan juga sekaligus penegak kemanusiaan yang berperadaban tinggi. Pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan sosial. Artinya, pendidikan untuk kesejahteraan manusia dunia-akhirat sehingga perlu diaplikasikan (QS. 28:77) sebab pendidikan memiliki nilai teologis dan sosiologis sekaligus.
Karenanya, proses belajar mengajar merupakan kebutuhan penting hidup manusia. Hal ini harus dirasakan bersama oleh setiap individu laki-laki dan perempuan tanpa pandang bulu. Karena sama-sama memiliki kemampuan untuk belajar. Semakin lama, setiap aspek kehidupan manusia berkembang, kebutuhannya pun kian beragam. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan harus saling membantu, bekerja sama meniti jalan dan mengatasi masalah kehidupan yang mereka hadapi.
Kesenjangan pada bidang pendidikan dianggap menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap bidang lain di Indonesia, hampir semua sektor, seperti lapangan pekerjaan, jabatan, peran dimasyarakat sampai pada masalah menyuarakan pendapat antara laki-laki dan perempuan yang menjadi faktor penyebab bias gender adalah karena faktor kesenjangan pendidikan yang belum setara selain masalah-masalah klasik yang cenderung menjustifikasi ketidakadilan seperti intepretasi teks-teks keagamaan yang tekstual dan kendala sosial budaya lainnya. Bahkan proses dan institusi pendidikan dipandang berperan besar dalam mensosialisasikan dan melestarikan nilai-nilai dan cara pandang yang mendasari munculnya berbagai ketimpangan gender dalam masyarakat.
Dalam dekade terakhir ini, upaya penyadaran gender menjadi perbincangan serius di kalangan aktivis perempuan, keluarga-keluarga, wartawan, dunia pendidikan maupun kalangan politisi. Begitupun strategi-strategi telah ditawarkan dengan tujuan agar kesetaraan gender tercapai terutama dalam pendidikan yang dianggap dimensi kunci. Dari sinilah kami akan mencoba memberikan sedikit penjelasan mengenai kesetaraan gender dalam bidang pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian gender?
2.      Bagaimana bias gender dalam pendidikan?
3.      Bagaimana kesetaraan gender dalam pendidikan?
4.      Bagaimanakah upaya penanggulangan dampak negatif dari bias gender pendidikan dalam islam?

C.    Tujuan Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah pendidikan dan kesetaraan gender ini diharapkan mahasiswa sebagai calon pendidik dan anggota masyarakat mampu menganalisis tentang kesetaraan gender dalam perspektif pendidikan, sehingga mempunyai wawasan yang luas dan menambah peran aktif dalam menciptakan pendidikan dengan setara bagi semua orang yang terlibat di dalamnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 LOVERS of WISDOM
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates