Kabar Parado

Parado adalah sebuah kecamatan di kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Parado dikenal dengan hasil sumber dayam Alam yang Melimpah, meskipun belum dikelola dengan denga baik. berdasarkan sejarah yang dipahami oleh masyarakat parado pada umumnya (bukan berdasarkan catatan sejarah Kerajaan Bima), bahwa parado adalah pusat peradaban pertama yang ada di wilayah Bima-Dompu, hal ini didasari oleh temuan-temuan berupa artefak-artefak peninggalan sejarah yang tersebar luas di daerah pegunungan yang ada di wilayah kec. parado yang berbatasan langsung dengan kec. Hu'u Kab. Dompu. Masyarakat kec. Parado pada umumnya adalah Petani, ada juga yang bekerja sambilan sebagai Peternak Sapi, Peternak Lebah Madu, Nelayan, Pekebun. 

adapun sumberdaya alam yang ada di parado adalah sebagai berikut : 1. Sarang Burung Walet 2. Lebah Madu 3. Durian 4. Vanily 5. Kemiri 6. Rambutan 7. Salak dll. Batas Batas Wilayah Kec. parado. 1. Sebelah Barat : Kec. Hu'u Kab. Dompu. 2. Selatan Selatan : Samudra Indonesia dan Benua Austarlia. 3. Sebelah Utara : Kec. Monta dan Kec. madapangga 4. Sebelah timur : Kec. Monta Dalam. 
Fasilitas-Fasilitas Publik yang ada di Kec. Parado. 1. Fasilitas Pendidikan : a. TK/RA : 8 (delapan) unit b. SD/MI : 9 (sembilan) unit c. SMP/MTs : 6 (enam) Unit d. SMA/MA : 3 (tiga) unit 2. Fasilitas Kesehatan : a. Pustu : 3 (empat) Unit b. Poskesdes : 4 (empat) Unit b. Puskesmas : 1 (satu) unit

 

 

Mbumbu Dungga : Sambal Jeruk Tradisional Yang legendaris

    
 
Bagi masyarakat Bima yang namanya “Mbohi Dungga” sudah cukup terkenal. Mbohi Dungga merupakan makanan khas warisan leluhur. Salah satunya adalah hasil karya Dou Parado. Parado merupakan salah satu wilayah yang berada didataran tinggi Bima. Parado merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bima, dengan sebaran 5 desa, yaitu, Desa Kanca, Desa Parado Rato, Desa Parado Wane, Desa Kuta dan Desa Lere.
Bagi masyrakat desa Kuta “Mbohi Dungga’’ lebih dikenal dengan “Mbumbu Dungga”, penyebutan “mbohi dungga” oleh masyarakat bima pada umumnya dikarenakan proses pembuatan mellalui fermentasi dari Jeruk parut (dungga mbudi) yang ditambah dengan garam dan disimpan di tempat yang tertutup dalam tempo waktu tertentu, sampai dungga mbudi dan garam melebur menjadi satu.

Pada umumnya, peracikan ‘Mbuhi Dungga’ sendiri, dilakukan oleh para warga desa Kuta, Parado Rato dan Kanca. Desa ini terletak di dataran tinggi wilayah Kecamatan parado. ‘Mbohi Dungga’ berfungsi sebagai makanan pendamping lauk yang berbahan dasar jeruk purut atau dalam bahasa Bima (nggahi Mbojo) nya dungga mbudi.
Proses pembuatan ‘Mbohi Dungga’ ini masih tradisional dan belum tersentuh teknologi modern. Kendati demikian makanan yang kerap digunakan sebagai sambal khas Dana Mbojo ini, telah banyak diminati oleh masyarakat baik di dalam maupun di luar daerah Bima. Selain harga ‘Mbohi Dungga’ murah, kualitas rasa dan nikmatnya bisa diandalkan dan punya ciri tersendiri. Bahan-bahannya banyak dan mudah didapat antara lain bahan baku jeruk purut, cabe, garam, serta air.
Desa kuta merupakan desa yang terletak di sebelah utara ibu kota Kecamatan Parado (Parado Rato). Luas wilayah 2,202Ha, didominasi sawah tadah hujan dan tegalan seluas 1,205 Ha selebihnya adalah wilayah pemukiman. Dahulu sebagian besar penduduk desa Kuta bekerja sebagai petani atau berkebun, sebagian kecil saja berprofesi sebagai pengrajin Home Industri ‘Mbohi Dungga’. Seiring dengan perkembangan yang ada, semakin tinggi pula animo masyarakat yang mengkonsumsi ‘Mbohi Dungga’, sebagian besar warga akhirnya perlahan beralih profesi yaitu menekuni industri kecil ‘Mbohi Dungga’.
Belum ada yang dapat mengungkapkan secara pasti kapan kerajinan ‘Mbohi Dungga’ mulai berkembang di wilayah ini, ketrampilan membuat dan meracik ‘Mbohi Dungga’ di peroleh turun temurun dari nenek moyang. “Tetapi tidak semua warga Parado dapat meracik ‘Mbohi Dungga’ yang lezat, nikmat dan tahan lama. Konon ‘Mbohi Dungga’ yang bagus itu dapat di simpan tahunan. Semakin lama di simpan, semakin enak rasanya”.
Bagi para masyarakat Bima rantau yang berada diluar daerah, salah satu oleh-oleh yang paling digemari dan diharapkan adalah ‘Mbohi Dungga’ di samping Oi Ani (air madu).
Hal ini menandakan, ‘Mbohi Dungga’ tetap digemari oleh masyarakat Bima secara turun temurun sebagai menu sambal khas. Tentu ini adalah potensi yang harus dilirik oleh para pengambil kebijakan untuk tetap terus didorong untuk ber-produksi. Sebab, tidak semua warga Parado dapat meracik ‘Mbuhi Dungga’ ini, sehingga mantap dilidah.



Review : Perlawanan Rakyat Parado Melawan Perusahaan Tambang

 Langit mulai memerah di bumi Parado, Bima, Nusa Tenggara Barat. Hari itu, 24 Februari 2010, sekitar pukul 18.10 WIB, senapan polisi menyalak dan melukai sembilan orang warga. Suasana sangat mencekam.
Sore itu, ratusan anggota polisi dan Brimob datang tiba-tiba dan mulai menyerang warga. Warga hanya memberikan perlawanan seadanya. Ibu-ibu dan kaum perempuan berteriak histeris. Dan, akibat pertempuran yang tidak seimbang itu, 9 orang warga terkena peluru polisi.
Kejadian ini merupakan buntut dari aksi ribuan warga di Kantor Polsek Parado, siang harinya. Kedatangan warga ke Polsek bertujuan untuk menuntut Ahmadin, seorang aktivis mahasiswa yang ditangkap polisi karena diduga memprovokasi pembakaran base camp PT. Valey Sumbawa Mining.
Namun, karena pihak kepolisian tidak bisa memberi jaminan pembebasan terhadap Ahmadin, warga pun semakin marah dan membakar kantor Polsek. Tidak hanya itu, warga juga menyandera Kapolsek Parado, Iptu Zainal Abidin, sementara anggota polisi lainnya lari tunggang-langgang menyelamatkan diri.

Karena Ahmadin tidak juga dibebaskan, maka sekitar pukul 15.00 WITA massa kembali memblokir jalan. Aksi pemblokiran jalan ini berlangsung sekitar 3 jam. Tetapi belum juga berhasil membebaskan Ahmadin.
Menjelang malam hari, sekitar pukul 18.25 WITA, pasukan kepolisian dari Dalmas dan Brimob tiba-tiba datang menyerang dan menembaki warga. Kesembilan warga yang terkena peluru tajam adalah Ahmad S.Pdi (23 Thn) Mustaja (24 Thn) kaharuddin (28 thn) Sudirman (25thn) muhtar (38 tthn) landa (30thn) dan Abuakar (42 thn).
Aksi kepolisian ini ditujukan untuk membebaskan Kapolsek yang disandera. Setelah berhasil memukul mundur warga, Polisi mulai melakukan penyisiran dan menangkap tiga orang warga yang dianggap otak penyanderaan.
Mengetahui tiga orang warga kembali ditangkap, warga desa pun kembali melakukan perlawanan dan berusaha mengejar pasukan kepolisian. Warga juga melakukan pemblokiran jalan desa sebagai tekanan agar Polisi membebaskan seluruh warga.
Menjelang tengah malam, sekitar pukul 23.00 WITA, warga desa Parado akhirnya menyerbu kantor kepala desa dan membakarnya. Warga juga membakar rumah seorang warga lainnya, Sirajuddin, karena dianggap pro-kepada perusahaan tambang.

Perlawanan Rakyat Parado Melawan Perusahaan Tambang
Sejak awal warga Parado sudah menentang keberadaan perusahaan tambang di daerahnya. Perlawanan mulai meletus sejak awal februari lalu dan mencapai puncaknya kemarin (25/2).
Warga pun sudah berulang kali menggelar aksinya. Karena tidak juga mendapat respon yang baik dari pihak pemerintah setempat, warga pun melampiaskan kemarahannya dengan membakar base-camp perusahaan tambang tersebut dan juga pernah menyegel kantor camat.
Aktivitas penambangan sendiri sudah berlangsung lama, namun baru belakangan ini diketahui oleh warga sekitar. Selain jarak lokasi pertambangan dengan warga memakan waktu empat jam perjalanan, pihak perusahaan juga mendatangkan peralatannya dengan menggunakan helikopter.
Menurut warga, keberadaan perusahaan tambang itu telah merusak hutan dan lahan surga yang ada di parado. Kawasan tambang tersebut sangat mengikat secara kultural warga desa Parado dan sekaligus juga sebagai sumber kehidupan.
Bupati Bima Harus Bertanggung Jawab
Kejadian di Desa Parado bukan yang pertama kali di kabupaten Bima, tetapi sudah terjadi juga sebelumnya di Lambu. Isunya pun sama: penolakan terhadap perusahaan tambang yang melakukan eksploitasi di lahan atau daerah sekitar warga.
Bupati Bima Sekarang ini, Ferry Zulkarnain, sangat royal dalam memberikan Ijin Usaha Pertambangan kepada perusahaan tambang untuk melakukan eksplorasi di daerahnya, tanpa mempertimbangkan kepentingan rakyat yang lebih luas.
Sekretaris Partai Rakyat Demokratik (PRD) Bima, Delian Lubis, mengganggap keberadaan perusahaan tambang itu lebih banyak merusaknya ketimbang dampak positifnya bagi pembangunan ekonomi rakyat.
“Perusahaan tambang itu merampas hutan rakyat, merusak lahan pertanian, mencemari tambak, dan mengganggu keseimbangan ekologi,” tegasnya.
Sementara pajak yang masuk ke kantong pejabat Pemda Bima, kata Lubis, tidak jelas peruntukannya dan tidak jelas pula kontribusinya bagi pembangunan daerah dan ekonomi rakyat.
Sementara kepolisian yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat, justru menjadi alat kekerasan yang dipergunakan perusahaan untuk menindas perlawanan rakyat.
 
 
 
 
 
Batu di Parado Bima NTB Terukir Gambar Alien

 
      Batu yang ini terukir seperti gajah, Namun batu tersebut bernama watu wawi atau batu babi. Terletak di kecamatan parado kabupaten Bima, NTB.. batu ini terletak di puncak sebuah bukit di tengah hutan. Memerlukan waktu 5-6 jam berjalan kaki untuk mencapai tempat ini.

Sebuah batu yang dipahat gajah. Namun uniknya bagian paling bawah terukir seorang makhluk bertubuh manusia dengan kepala  aneh, lonjong mirip seperti alien dalam filem-filem hollywood. Sosok makhluk tersebut seperti sedang memegang sebuah periuk raksasa yang percis diatasnya adalah patung gajah yang terukir sempurna.
Saya lihat dan perhatikan batu tersebut berbeda dengan batu-batu alam sekitarnya. Batu ini bukan dari batu kali.
Seorang tokoh di desa itu,  Menyimpulkan bahwa batu ini sudah ada sebelum jaman kerajaan Bima. Ia tidak bisa menjelaskan lebih jauh lagi. Ia menjelaskan kakeknya pun tidak mengetahui asal-usul dan sejarah batu ini. ia juga menjelaskan selain batu ini ada batu lainnya yang serupa yaitu watu dou atau batu manusia. Sebuah batu seperti manusia yang sedang memegang tombak.
        Namun naas, sama seperti kebanyakan nasib situs bersejarah di indonesia, tidak ada pengelolaan dari pemerintah. Sekitar tahun 2007 beberapa orang membongkar batu ini. mereka menyangka didalam batu ini tersimpan emas. Namun setelah batu ini hancur tak ada emas atau benda lain yang berharga.
          Mungkin batu ini adalah bukti peradaban nusantara purba. semoga adanya penelitian lebih lanjut atas batu ini. uji karbon mungkin dapat membuktikan umur pembuatan batu ini. (*)
 
 
 
 
 
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 LOVERS of WISDOM
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates