Seni & Budaya
SEKELUMIT SEJARAH TARIAN KUDA LUMPING
Lombok, rumahalir.or.id - Seni tarian kuda lumping di Pulau
Lombok hampir saja punah. Tarian ini kita bisa temukan di Dusun Tejong
Desa Ketangga Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.
Pada hari kamis (6/9/12), penulis diundang oleh keluarga menghadiri
acara khitanan di Dusun Torean Desa Loloan Kecamatan Bayan Kabupaten
Lombok Utara, yang kebetulan menampilkan seni tari kuda lumping yang
dimainkan oleh sekitar 8 penari laki-laki dengan memikul dua kuda tiruan
yang terbuat dari kayu.
Dalam catatan sejarah belum ada yang menjelaskan asal muasal tarian yang
memukau ratusan penonton ini hanya riwayat verbal yang diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
Beberapa versi menyebutkan, tari Kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi
dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro
dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan,
bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang
dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain
menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan
Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk
menghadapi pasukan Belanda.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari Kuda Lumping
merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan
berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis,
dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman kayu, menirukan gerakan
layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta
perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk
mengiringi tari Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari
Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi
melengking. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya
berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan
selalu ingat pada Sang Pencipta.
Kini, kesenian kuda lumping masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup
membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya ini
keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian
asing ke tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang
tinggi.
Seni tari kuda lumping yang masih tetap dilestarikan di Dusun Tejong
Desa Ketangga biasa dimainkan ketika ada acara-acara hajatan seperti
khitanan dan lainnya. Anak yang akan dikhitan biasa didudukkan diatas
kuda yang terbuat dari kayu yang ditambah dengan sulaman bunga berwarna
merah. Kemudian delapan orang penari memikul dua kuda tersebut sambil
menari diiringi dengan gamelan.
Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini yaitu; merah, putih
dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat.
Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga pikiran
yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan
sebagai panutan warna hitam.
Secara garis besar, begitu banyak kesenian serta kebudayaan yang ada di
Indonesia diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang bangsa
Indonesia hingga ke generasi saat ini. Sekarang, kita sebagai penerus
bangsa merupakan pewaris dari seni budaya tradisional yang sudah
semestinya menjaga dan memeliharanya dengan baik. Tugas kita adalah
mempertahankan dan mengembangkannya, agar dari hari ke hari tidak pupus
dan hilang dari khasanah berkesenian masyarakat kita.
Tato Khas Pesta Kapanca Prosesi Pernikahan Adat
Pemerintah Kabupaten Bima sejak memasuki tahun 2005 menggalakan
pelestarian budaya warisan nenek moyang diantaranya acara pernikahan.
Kabupaten Bima sejak masa kepemimpinan Bupati Bima Ferry Zulkarnain
dengan wakilnya Usman Ak mewajibkan setiap warganya yang akan
melaksanakan pernikahan agar melakukan prosesi acara pesta Kapanca.
Pesta Kapanca yang dilaksanakan pada malam hari ini seorang pengantin perempuan ditata rias oleh inang pengasuh. Prosesi acara Kapanca yang umumnya dihadiri kaum perempuan baik sudah menikah maupun masih gadis/lajang dilaksanakan secara islam dengan iringan salawat Nabi Muhammad SAW.
Tato Kapanca pernikahan adat daerah Bima
(Foto: Ronamasa/Ahyar)
(Foto: Ronamasa/Ahyar)
Pesta Kapanca yang dilaksanakan pada malam hari ini seorang pengantin perempuan ditata rias oleh inang pengasuh. Prosesi acara Kapanca yang umumnya dihadiri kaum perempuan baik sudah menikah maupun masih gadis/lajang dilaksanakan secara islam dengan iringan salawat Nabi Muhammad SAW.
Menelusuri Asal Usul Suku Sasak Lombok
Oleh M. Alifuddin
Lombok - Komunitas Suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok Nusa
Tenggara Barat merupakan Suku terbesar di Propinsi yang berada di antara
Bali dan Nusa Tenggara Timur ini.
Menurut catatan sensus yang diadakan tahun 1989, populasi suku sasak
mencapai 2,1 juta jiwa. Pada Sensus berikutnya, tepatnya tahun 2000
populasinya bertambah menjadi 2,6 juta jiwa. Tahun ini diperkirakan
populasi Suku Sasak yang tinggal di Lombok sekitar 3 juta jiwa, jumlah
itu belum termasuk “sasak diaspora” alias sasak rantau yang menetap di
Pulau Sumbawa bagian Barat, di Kalimantan Timur (akibat proyek
transmigrasi), di Malaysia (TKI) dan di beberapa Kota besar di Indonesia
(yang umumnya karena faktor pekerjaan dan status sebagai Mahasiswa).
Di Samping itu dalam jumlah kecil, Suku Sasak tersebar di beberapa
Negara di dunia ini. Melihat hal ini Populasi Komunitas Suku Sasak bisa
dikatakan cukup besar dan layak disandingkan dengan etnis lain di
Indonesia.
Tapi Tahukah Semeton dari mana asal usul Suku sasak ? , ” Siapa Papuk
Baloq orang sasak?”. Saya yakin seyakin yakinnya, sangat teramat sedikit
dari kita yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Satu Minggu yang
lalu, Komunitas Sasak yang tergabung dalam milis Komunitas Sasak
mengadakan diskusi kecil tentang hal ini, jauh memang kalau dikatakan
sebagai diskusi yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan, tapi paling
tidak banyak diantara kita yang memiliki informasi yang berbeda beda
tentang asal usul Papuk Baloq Sasak.
Dari penelusuran kecil kecilan, terungkap bahwa Suku Sasak berasal dari
Vietname, bersumber dari miripnya Bahasa / Base Sasak dengan Bahasa di
vietnam. Ada juga semeton sasak yang sekarang ini bekerja di sektor
Pariwisata di Lombok yang sempat bertemu dengan turis dari Philipine,
yang bikin semeton kita ini terkejut, ada banyak kesamaan antara bahasa
sasak dengan bahasa si turis, ya Bahasa Tagalog, apakah ini artinya
Papuk Baloq kita dari philipine?. Ada banyak teori yang biasa dipakai
oleh para ahli untuk menelusuri asal usul suatu etnis, salah satunya
adalah dari bahasa yang mereka pergunakan, fisik mereka dan sejarah para
tetuanya. Mari kita coba telusuri satu persatu.
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan
aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst.
Tapi secara pelafalan cukup dekat dengan Bali.
Menurut ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, Bahasa Sasak
merupakan keluarga (Languages Family) dari Austronesian
Malayo-Polynesian (MP), Nuclear MP,Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak.
Sementara kalau kita perhatikan secara langsung, bahasa Sasak yang
berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek (cara
pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa menunjukkan
banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan
beragamnya bahasa sasak yang ada di lombok timur, Walaupun secara umum
bisa diklasifikasikan ke dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara),
Ngeto-Ngete (Lombok Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah),
Ngeno-Ngene (Lombok Bagian Timur), Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan)
Dari Aspek Bahasa, Papuk Baloq (nenek moyang) kita bisa jadi berasal
dari Jawa (Malayo-Polynesian), Vitname atau Philipine ( Austronesian),
atau dari Sulawesi (Sunda-Sulawesi)
Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan
dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Malah ada kabar kalau
beliau wafat di Pulau Lombok dan dimakamkan di Lombok Timur. Pada Akhir
abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak dipengaruhi oleh Jawa
Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga dipengaruhi
oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan Agama Suku Sasak, yang
sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Pada awal abad ke 18 Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali.
Peninggalan Bali yang sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas
Hindu Bali yang mendiami daerah Mataram dan Lombok Barat, Beberapa Pura
besar juga gampang di temukan di kedua daerah ini. Lombok berhasil Bebas
dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang dilakukan
Kerajaan Selapang (Lombok timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang ada
di Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya
banyak yang akhirnya menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya
beberapa desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya mayoritas
berbicara menggunakan bahasa Samawa.
Kalau kita lihat dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa,
Bali, Makassar dan Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut
bukan Papuk Baloq orang sasak, melainkan hanya memberi pengaruh besar
pada perkembangan Suku Sasak
Sementara kalau diperhatikan secara fisik Suku Sasak ini lebih mirip
orang Bali dibandingkan orang Sumbawa. Dari Aspek ini bisa jadi orang
Sasak berasal dari orang Bali, nah sekarang tinggal di cari orang Bali
berasal dari mana?
Beberapa minggu yang lalu, salah seorang yang membaca tulisan ini
mengirimkan ke saya sebuah bukti otentik asal usul suku sasak yang
disimpan keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut berupa silsilah
keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran Djajing Sorga
(dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari Bukti otentik tersebut,
jelaslah terlihat bahwa Suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok,
sebenarnya berasal dari Jawa.(@) www.suarakomunitas.net
Read Users' Comments (0)