Teori-teori Kebenaran dalam Filsafat Ilmu
Teori-teori Kebenaran dalam Filsafat Ilmu
1. Teori Kebenaran Koherensi (The Coherence Theory of Truth)
—Sudah ada sejak masa Sokrates.
—Dikembangkan oleh Spinoza dan Hegel.
—Pernyataan dikatakan benar jika di dalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dg pernyataan sebelumnya yg telah dianggap benar.
—Jika bertentangan dengan data terbaru yg benar atau dg teori lama yg benar, maka teori itu akan gugur atau batal dg sendirinya.
—Contoh : 4 + 4 = 8
2. Teori Kebenaran Korespondensi (Correspondence Theory of Truth)
—Dipelopori oleh Plato dan Aristoteles.
—Dikembangkan oleh Plotinus, Ibnu Sina, Thomas Quinas, Moore, Holt, Montaque, dan Santayana.
—Kebenaran atau sesuatu dikatakan benar kalau ada persesuaian antara pernyataan dengan fakta, yg selaras dg realitas, yg serasi dg situasi aktual, saling bertemu antara teori dan prakteknya.
—Contoh : Gubernur DIY sampai saat ini adalah Sultan HB X.
—Ada 5 unsur dalam teori ini :
a.pernyataan (statement);
b.persesuaian (agreement);
c.situasi (situation);
d.kenyataan (reality);
e.putusan (judgement).
—
3. Teori Kebenaran Pragmatis (the Pragmatic Theory of Truth)
—Berasal dari bahasa Yunani; Pragma: yg dikerjakan, yg dilakukan, perbuatan, tindakan.
—Dikembangkan oleh William James dan John Dewey.
—Suatu ucapan, teori atau dalil dikatakan benar jika memiliki kegunaan atau manfaat bagi kehidupan manusia.
—Suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dg kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia.
—Teori, hipotesa atau ide dikatakan benar jika membawa akibat memuaskan dalam praktiknya (nilai praktis).
—William James berpendapat bahwa nilai tergantung pada kerja dan akibatnya.
—Para penganut pragmatisme berpendapat bahwa kebenaran ialah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya memuaskan (satisfactory
consequence).
—Contoh : suatu Agama bukan benar karena Tuhan itu ada, tetapi karena pengaruhnya yg positif atas kehidupan manusia.
4. Teori Kebenaran Sintaksis
—Teori ini berbicara tentang :
a.struktur dan konstruksi gramatik dr kalimat;
b.penstrukturan yg tepat dari kata-kata ke dalam kalimat menurut aturan gramatik dan penggunaannya;
c.studi tentang hubungan struktural atau gramatik diantara simbol-simbol dan cara-cara dimana simbol ini disusun untuk menyampaikan makna/arti.
—Pernyataan dikatakan benar jika pernyataan itu mengikuti aturan sintaksis yg baku.
—Konsep sintaksis logis diperkenalkan oleh Ludwig Wiitgenstein (1889-1951) pd tahun 1919.
—Rudolf Carnap (1891-1970) memberikan uraian sistematis ttg problem-problem dan konsep sintaksis logis.
Contoh : ‘Manusia tidak abadi hidupnya’ ataukah ‘Tidak abadi hidup manusia’.
5. Teori Kebenaran Semantis
—Semantis adl ilmu ttg hubungan simbol-simbol itu sendiri dg mengacu kepada :
a. apa yg mereka artikan;
b. apa yg mereka acu.
—Teori kebenaran semantik menyatakan bahwa proposisi itu memiliki makna/arti.
—Teori ini dianut oleh faham filsafat analitika bahasa yg dikembangkan paska filsafat Bertrand Russel (1872-1970)
6. Teori Kebenaran Performatif
—Sesuatu dianggap benar bila memang dpt diaktualkan dalam tindakan. Dan kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu, missal: pemerintah, pemimpin agama, pemimpin masyarakat, dll.
—Contoh : dalam menetapkan 1 Ramadhan atau 1 Syawal, sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yg lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.
7. Teori Kebenaran Struktural Paradigmatik
—Lichtenberg menyatakan bahwa dapat ada hubungan struktural pd berbagai hal yg sifatnya konstan dan dalam disiplin ilmu yg berbeda.
—Contoh : Seorang membahas perhitungan hari, tidak mungkin lepas dr pembahasan peredaran bumi yg menjadi wilayah astronomi dan perhitungan ug menjadi wilayah matematika, dg rumus atau teori.
—Antara keduanya jelas berbeda disiplin ilmunya, namun secara struktural keduanya tidak dpt dipisahkan fungsinya. Hubungan itulah yg disebut paradigmatik.
8. Teori Kebenaran Non Deskripsi
—Suatu pengetahuan mempunyai nilai kebenaran, jika pengetahuan itu memiliki fungsi praktis dan merupakan kesepakatan bersama untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
—White (1978) menyatakan tidak semua pernyataan itu dapat dikatakan benar bagi semua orang.
9. Teori Kebenaran Logik yg Berlebihan
—Teori ini dikembangkan oleh kaum Positivistik. Pd awal abad XIX di Perancis dan abad XX di Jerman.
—Positivism berpendapat ada 5 prinsip dasar dlm mencari kebenaran :
a.Asumsi ontologis;
b.Asumsi epistemologis;
c.Asumsi keterlepasan pengamatan dr waktu ke konteks;
d.Asumsi kausalitas linier;
e.Asumsi aksiologis ttg bebas nilai.
—Kegiatan ilmiah adalah suatu kegiatan yg berdasarkan pd suatu pola yg tersistematis, mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yg telah ada sehingga diperoleh suatu kebenaran.
0 Response to "Teori-teori Kebenaran dalam Filsafat Ilmu "
Posting Komentar