Akal dan Badan
Hubungan Akal dan Badan
Untuk
menghadapi penolakan-penolakan terhadap interaksionisme timbullah
aliran paralelisme. Menurut aliran tersebut, tak ada interaksi atau
hubungan sebab musabab antara dua bidang. Proses mental dan proses
fisik, keduanya adalah nyata tetapi tak ada hubungan sebab musabab di
antara mereka; yang ada adalah yang satu mendampingi yang lain dalam
waktu.
Hubungan sebab musabab itu dapat diterima dalam bidang mental, karena
suatu kejadian mental dapat menyebabkan kejadian mental lain. Hubungan
sebab musabab juga dapat diterima dalam bidang fisik. Untuk menjelaskan
hal tersebut, digambarkan dua kereta api yang masing-masing berjalan di
samping lainnya di atas dua rel yang sejajar. Walaupun kedua kereta api
itu paralel dan nampak bergerak bersama, pada hakikatnya mereka itu
berjalan masing-masing menurut sistemnya sendiri dan tak terdapat
hubungan sebab musabab di antara mereka.
Contoh yang klasik tentang pandangan ini adalah sikap filosof Leibniz (1646-1716). Baginya terdapat “preestablished harmony”
(keserasian yang sudah diciptakan sebelumnya) dalam akal Tuhan dan
penciptaan. Dua jam mungkin berjalan bersama-sama, dan menunjukkan waktu
yang tepat, oleh karena telah diciptakan begitu rupa, sehingga mereka
dapat berjalan dalam keserasian. Leibniz percaya bahwa dunia telah
diciptakan dan diatur agar akal dan materi selalu dapat bekerja dalam
harmoni. Jalannya alam ditentukan oleh kekuatan yang terdapat dalam
masing-masing unsur.
Paralelisme tidak pernah mendapat dukungan luas seperti yang
didapatkan oleh interaksi dan beberapa teori lain. Paralelisme nampak
seakan-akan ia telah membelah dunia menjadi dua bagian, mengingkari
adanya problem, dan bukan mencari penjelasan. Banyak pengalaman yang
mendadak atau interupsi yang sukar diberi penjelasan atas dasar
paralelisme; mengapa, jika bel pintu berbunyi, kita dengan spontan
mengerti bahwa ada seorang di muka pintu? Jika kita sedang asyik di
tengah-tengah rentetan fikiran-fikiran, kita merasa jengkel jika terjadi
selaan yang tidak kita sukai. Selain dari itu, interupsi “paralelisme
menjadikan akal itu tidak ada gunanya dalam evolusi dan perjuangan
manusia secara fisik”. Kebanyakan kita percaya bahwa penilaian yang
sungguh telah menghemat tenaga dan waktu, dan pemikiran telah
menyebabkan kelainan yang besar dalam urusan-urusan dunia. Karena
hal-hal tersebut maka dalam mencari penjelasan tentang hubungan antara
akal dan badan, banyak yang terpaksa percaya kepada doktrin identitas
akal dan badan.
0 Response to "Akal dan Badan"
Posting Komentar