Metodologi Filsafat
Metodologi Filsafat
Oleh
karena filsafat mulai dengan rasa heran, bertanya dan memikir tentang
asumsi-asumsi kita yang fundamental, maka kita perlukan untuk meneliti
bagaimana filsafat itu menjawab persoalan-persoalan tersebut.
problema-problema filsafat tak dapat dipecahkan dengan sekadar
mengumpulkan fakta-fakta. Jadi bagaimanakah filsafat itu memecahkan
problema-problema yang ditimbulkan? Apakah metoda yang dipakai oleh
filsafat?
Kita telah memberikan definisi filsafat sebagai proses pemikiran dan
kritik terhadap kepercayaan yang kita junjung tinggi. Untuk mencapai
tujuan tersebut, kita berpendapat bahwa metoda dasar untuk penyelidikan
filsafat adalah metoda dialektik.
Dialektik Socrates
Filsafat berlangsung dengan mengikuti dialektik argumentasi. Apakah arti dialektik? Istilah dialektik
menunjukkan proses berpikir yang berasal dari Socrates. Jika seorang
peminat filsafat membaca salah satu dari dialog karangan Plato, ia akan
menemukan bahwa Socrates adalah pemegang peran yang terpenting. Dalam
dialog-dialog tersebut Socrates memakai metoda dialektik. Ia melibatkan
diri dalam argumentasi; dalam analisis yang tak kenal lelah tentang apa
saja. Socrates yakin bahwa cara yang paling baik untuk mendapatkan
pengetahuan yang diandalkan adalah dengan melakukan pembicaraan yang
teratur (disciplined conversation) dengan memainkan peranan seorang “intellectual midwife”
(orang yang memberi dorongan/ rangsangan kepada seseorang untuk
melahirkan pengetahuan yang terpendam dalam pikirannya; Pen); metoda
yang dipakai Socrates dinamakan dialektik. Ini akan nampak sebagai suatu
teknik yang sederhana. Dimulai dengan diskusi tentang aspek-aspek yang
biasa diterima tentang sesuatu problem. Proses dialektik adalah dialog
antara dua pendirian yang bertentangan. Socrates dan filosof-filosof
yang datang kemudian[1]
berkeyakinan bahwa dengan proses dialog di mana setiap peserta dalam
pembicaraan akan terpaksa untuk menjelaskan idenya. Hasil terakhir dari
pembicaraan tersebut akan merupakan pernyataan tentang apa yang
dimaksudkan. Yang penting adalah bahwa dialektik itu merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan (interplay) antar ide.
Pemikiran dialektik atau metoda dialektik berusaha untuk
mengembangkan suatu contoh argumen yang di dalamnya terjalin implikasi
bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi. Argumen tersebut
akan menunjukkan bahwa tiap-tiap proses (sikap) tidak menyajikan
pemahaman yang sempurna tentang kebenaran. Dengan begitu timbullah
pandangan dan alternatif yang baru, tiap tahap dari dialektik kita
memasuki lebih dalam kepada problema asli, dan dengan begitu ada
kemungkinan untuk lebih mendekati kebenaran.
Biasanya mahasiswa yang mulai mempelajari suatu ilmu, akan
menghafalkan fakta, mempelajari formula dan menguasai sekelompok
material. Filsafat memerlukan hal yang berlainan dengan cara itu. dengan
menggunakan metoda dialektik kita akan lebih mendekati kebenaran, akan
tetapi sesungguhnya tidak jarang problema filsafat yang semula belum
juga terpecahkan. Dan masih banyak soal-soal yang dikemukakan serta
argumentasi yang ditentang. Walaupun begitu, peminat filsafat tidak
boleh putus asa. Dengan metode dialektik, kita dapat sampai kepada
pemecahan sementara; ada jawaban-jawaban yang nampak lebih memuaskan,
tetapi ada juga jawaban yang harus kita buang.
Dengan cara Socrates, filsafat berjalan dengan berusaha mengoreksi
fikiran-fikiran yang tidak sempurna atau tidak tepat, dengan memancing (coaxing)
kebenaran dari situasi. Socrates masyhur karena pendapatnya bahwa
kehidupan yang tidak diselidiki tak layak untuk dihayati. Begitu juga
filsafat berjalan dengan keyakinan bahwa ide yang tidak diselidiki tidak
layak untuk dimiliki. Dengan begitu maka dialektik memerlukan pemikiran
yang kritis.
(Sumber: Harold H. Titus. (1984). Persoalan-persoalan Filsafat).
[1]
Filosof-filosof seperti Plato, Aristoteles, Hegel, Kierkegaard,
Nietzsche, Marx dan Heidegger; meskipun berbeda pendapat, mereka
semuanya menekankan pentingnya dialektik.
0 Response to "Metodologi Filsafat"
Posting Komentar