Allah Swt Yang Menzahirkan Alam
Alam
adalah kegelapan dan yang menerangkannya karena padanya kelihatan yang
haq (tanda-tanda Allah swt). barangsiapa melihat alam tetapi dia tidak
melihat Allah swt di dalamnya, di sampingnya, sebelumnya atau
sesudahnya, maka dia benar-benar memerlukan wujudnya cahaya-cahaya itu
dan tertutup baginya cahaya ma’rifat oleh tebalnya awan benda-benda alam.
Alam ini pada hakikatnya adalah gelap atau ‘adam, tidak wujud. Wujud
Allah sw yang menerbitkan kewujudan alam. tidak ada satu kewujudan yang
berpisah dari wujud Allah swt. Hubungan wujud Allah swt dengan kewujudan
makhluk sekiranya dibuat ibarat (sebenarnya tidak ada ibarat yang mampu
menjelaskan hakikat sebenarnya), perhatikan kepada api yang berputar
dalam kecepatan. Kelihatan pada pandangan kita bulatan api. Perhatikan
pula kepada orang yang berbicara, akan kedengaran suara dari mulutnya.
Kemudian perhatikan pula minyak kasturi, akan terhirup baunya yang
wangi. Wujud bulatan api adalah wujud yang berkaitan dengan wujud api.
Wujud suara adalah wujud yang berkaitan dengan wujud orang yang
berbicara. Wujud bau wangi adalah wujud yang berkaitan dengan wujud
minyak kasturi. Wujud bulatan api, suara dan bau wangi pada hakikatnya
tidak wujud. Begitulah ibaratnya wujud makhluk yang menjadi ada dari
wujud Allah swt. Wujud bulatan api adalah hasil dari pergerakan api.
Wujud suara adalah hasil dari perbuatan orang yang berbicara. Wujud bau
wangi adalah hasil dari sifat minyak kasturi. Bulatan api bkanlah api
tetapi bukan pula muncul selain dari api dan tidak terpisah darinya.
Suara bukanlah orang yang berbicara tetapi tidak muncul selain dari
orang yang berbicara. Walaupun orang itu sudah tidak berbicara tetapi
masih banyak lagi suara yang tersimpan padanya. Bau wangi bukanlah
minyak kasturi tetapi tidak muncul selain dari minyak kasturi. Walaupun
bulatan api kelihatan banyak, suara kedengaran banyak, dan bau dapat
dinikmati orang-orang, namun api hanya satu, orang yang berbicara hanya
seorang dan minyak kasturi yang mengeluarkan bau hanya satu biji.
Agak sukar memahami konsep ada tetapi tidak ada, tidak bersama tetapi
tidak berpisah. Inilah konsep ketuhanan yang tidak mampu dipecahkan
oleh akal tanpa penerangan nur dari lubuk hati. Mata hati yang diterangi
Nur Ilahi dapat melihat kaitan antara ada dengan tidak ada, tidak
bersama tetapi tidak berpisah. Atas kekuatan hatinya menerima cahaya Nur
Ilahi akan menentukan kekuatan mata hatinya melihat kepada keghaiban
yang tidak berpisah dengan kejadian alam ini. Ada 4 tingkatan pandangan
mata hati terhadap hubungan alam dengan Allah swt yang menciptakan alam.
- Mereka yang melihat Allah swt dan tidak melihat alam ini. Mereka adalah ibarat orang yang hanya melihat kepada api, bulatan api yang khayali tidak menyilaukan pandangannya. Walaupun mereka berada di tengah-tengah kesibukan, namun mata hati mereka tetapi bertumpu kepada Allah swt, tidak terganggu oleh keanekaan makhluk. Lintasan makhluk hanyalah ibarat cermin yang ditembus cahaya. Pandangan mereka tidak melekat pada cermin itu.
- Mereka yang melihat makhluk secara zahir tetapi Allah swt pada batin. Mata hati mereka melihat alam sebagai penzahiran sifat-sifat Allah swt. Segala yang maujud merupakan kitab yang menceritakan tentang Allah swt. Tiap satu kewujudan alam ini membawa sesuatu makna yang menceritakan tentang Allah swt.
- Mereka yang melihat Allah swt pada zahirnya sementara makhluk tersembunyi. Mata hati mereka terlebih dahulu melihat Allah swt sebagai sumber segala sesuatu, kemudian baru mereka melihat makhluk yang menerima karuia dari-Nya. Alam tidak lain merupakan perbuatan-Nya, gubahan-Nya, lukisan-Nya atau hasil kerja kekuasaan-Nya.
- Mereka yang melihat makhluk terlebih dahulu kemudian baru melihat Allah swt. Mereka memasuki jalan berhati-hati dan waspada, memerlukan masa untuk menghilangkan keraguan, berdalil dengan akal sehingga akhirnya meyakini akan Allah swt yang wujud-Nya menguasai wujud makhluk.
Selain yang dinyatakan di atas tidak disebut orang yang melihat Allah
swt. Gambar-gambar alam, syahwat, kelalaian dan dosa menggelapkan
cermin hati mereka hingga tidak mampu menangkap cahaya yang membawa
kepada ma’rifat. Mereka gagal untuk melihat Allah swt berada di dalam
sesuatu, di samping sesuatu, sebelum sesuatu atau sesudah sesuatu.
Mereka hanya melihat makhluk seolah-olah berdiri sendiri tanpa campur
tangan Tuhan.
Elemen alam dan sekalian peristiwa yang berlaku merupakan perutusan
yang membawa berita tentang Allah swt. Berita itu bukan didengar dengan
telinga atau dilihat dengan mata atau dipikir dengan akal. Ia adalah
berita ghaib yang menyentuh jiwa. Sentuhan tangan ghaib pada jiwa itulah
yang membuat hati mendengar tanpa telinga, melihat tanpa mata dan
merenung tanpa akal pikiran. Hati hanya mengerti setiap utusan yang
disampaikan oleh tangan ghaib kepadanya dan hati menerimanya dengan
yakin. Keyakinan itu menjadi kunci kepada telinga, mata dan akal.
Apabila kuncinya telah dibuka, segala suara alam yang didengar, sekalian
elemen alam yang dilihat dan seluruh alam maya yang direnungi akan
membawa cerita tentang Tuhan. ‘Abid mendengar, melihat dan merenungi
keperkasaan Tuhan. Asyikin mendengar, melihat dan merenungi keindahan
Tuhan. Muttakhaliq mendengar, melihat dan merenungi kebijaksanaan dan
kesempurnaan Tuhan. Muwahhid mendengar, melihat dan merenungi keesaan
Tuhan.
(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari
keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (lalu Allah berfirman):
“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah yang Maha
Esa lagi Maha Mengalahkan (QS. Al-Mumin:16).
Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka
sebagai azab dari yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa (QS. Al-Qamar:42).
Ayat-ayat di atas menggetarkan jiwa ‘abid. Hati abid sudah ‘berada’
di akhirat. Alam dan kehidupan ini menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda
untuknya melihat keadaan dirinya di akhirat kelak, menghadap Tuhan Yang
Esa, Maha Perkasa, tiada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya.
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah (QS. Al-Mulk: 3-4).
Asyikin memandang kepada ciptaan dan dia mengulang-ulang
pemandangannya. Semakin dia memandang kepada alam semakin dia melihat
kepada keindahan dan kesempurnaan Pencipta alam. Dia asyik dengan apa
yang dipandangnya.
Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa,
yang mempunyai asmaaul husna. Bertasbih kepadanya apa yang di langit dan
bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.
Al-Hasyr:24).
Muttakhaliq menyaksikan sifat-sifat Tuhan yang dikenal dengan
nama-nama yang baik. Alam adalah media untuknya mengetahui nama-nama
Allah swt dan siat-sifat kesempurnaan-Nya. Setiap yang dipandang
menceritakan sesuatu tentang Allah swt.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (QS.
Thaha:14).
Muwahhid fana dalam Zat. Kesadaran dirinya hilang. Melalui lidahnya
muncul ucapan-ucapan seperti ayat di atas. Dia mengucapkan ayat-ayat
Allah swt, bukan dia bertukar menjadi Tuhan.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Yang menguasai di hari pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami
sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah
kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat (QS. Al-Fatihah:1-7).
Mutahaqqiq kembali kepada kesadaran kemanusiaan untuk memikul tugas
membimbing umat manusia kepada jalan Allah swt. Hatinya senantiasa
memandang kepada Allah swt dan bergantung kepada-Nya. Kehidupan ini
adalah medan dakwah baginya. Segala elemen alam adalah alat untuk dia
memakmurkan bumi.
Apabila Nur Ilahi menerangi hati apa saja yang dipandang akan
kelihatan Allah swt, di sampingnya atau sebelumnya atau sesudahnya.
0 Response to "Allah Swt Yang Menzahirkan Alam"
Posting Komentar