Dosa-dosa Yang Tidak Disadari

Dosa-dosa Besar Yang Tidak Disadari


1. Dosa-dosa yang lahir
2. Dosa-dosa yang batin
Orang yang beragama, yang mau juga pada Islam, kalau ilmunya tidak seni, tidak halus, ilmu yang tersirat tidak tercungkil, dia tidak terjebak dengan dosa-dosa besar lahir (yang nampak oleh mata lahir). Sebab dia mau beragama juga, yang lahir ini mudah dikesan. Tapi orang ini akan terjebak dengan dosa-dosa besar yang batin.
Bagi yang jenis tidak pikir agama, dosa-dosa besar yang lahir pun dia tidak ambil perhatian apa lagi yang batin.
Bagi orang yang sedikit ingin beragama insyaAllah dosa-dosa lahir dia tidak buat seperti zina, mencuri, minum arak, judi, menipu…itu semua dosa-dosa besar dia tidak buat. Dia tidak akan berzina, melacur. Nah disitu dia akan tertipu diri “Aku tidak buat dosa besar, berarti bersih aku ini!” Dia merasa baik. Makin baik lahirnya yang dalam makin jahat. Makin cantik di luar makin buruk di dalam. Makin bercahaya yang lahir, yang dalam makin gelap.

Sebab itu para sahabat salafusoleh dan orang-orang yang bertaqwa bukan takut dengan dosa-dosa besar yang lahir tapi yang ditakuti ialah dosa-dosa besar yang batin terutama syirik. Dikalangan salafusoleh, para sahabat pernah berkata kalau aku mati dikamar aku ini mati sebagai orang beriman, sedangkan kalau aku pergi ke tangga rumah ini mati syahid, itu besarlah. Saya mau mati di bilik saja, kenapa? Padahal jarak bilik dengan tangga itu 2-3 meter saja, dia takut jalan dari bilik ke tangga dia jadi syirik. Apa maksudnya?
Begitulah orang bertaqwa bimbangnya dengan syirik, bimbang dengan Tuhan. Dengan jarak 2-3 meter dia tidak yakin dirinya selamat dari syirik walaupun di tangga dijanjikan mati syahid. Tidak apa-apa yang penting aku dapat mati beriman cukuplah. Kalau masuk neraka tidak kekal, daripada mengharapkan mati syahid tapi dapat mati kafir. Begitulah hati orang beriman, adakah hati kita macam itu? Hati orang mukmin bergolak, tidak tahu nasib aku seperti apa. Dari saat ke saat dia takut, tidak tahu bagaimana nasibnya.
Bagi orang beragama, memang dia tidak buat dosa-dosa besar yang lahir. Kalau ilmu dia tidak halus, di situ dia akan rusak, dia akan berbuat dosa besar yang batin. Bila orang memuji, hati berbunga, itu dosa besar. Terpikirkah itu dosa besar? Itu yang saya maksudkan dia akan menipu kita, karena disebabkan kita tak buat dosa besar yang lahir itu jadi dia menipu kita.
Dalam pengalaman kita orang yang beribadah kuat, kalau kita tegur dia akan jawab “Saya tidak buat salah. Tidak, saya tidak berbuat itu!” Kenapa? Karena dia tidak nampak di dalam, di luar ok. Kalau dilihat, kebaikan yang diluar menipu diri. Kebaikan yang diluar merusakkan batinnya. Cahaya yang terang di luar menggelapkan dalam. Bila kita berhasil dalam ibadah, kita merasa luar biasa dan ujub, itu dosa besar, terpikirkah itu dosa besar? Tidak! itu berlalu begitu saja padahal kita sudah melakukan dosa besar.
Contoh lain, terlintas dalam fikiran “Kalau aku berjuang/berdakwah, bagaimana mau makan, anak banyak, isteri banyak?” Dosa ini lebih besar daripada contoh yang awal tadi, sebab ini sudah masuk kawasan syirik, merusakkan akidah. Terpikirkah kita, pikiran seperti itu sudah merusakkan akidah? Sebab itu dosa batin, yang susah dikesan oleh orang biasa.
Bagi orang yang ingin mengikuti Tuhan, dosa lahir itu seperti mendengar suara gajah. Dari jauh sudah terdengar, gedebuk-gedebuk suara gajah, jadi mudah untuk mengelak.
Tapi dosa batin seperti bunyi semut, tidak terdengar, tidak ada. Bila tidak ada maka tidak rasa bahaya. Bila gajah berjalan, semut berjalan dan sama-sama berbunyi. Tapi gajah mudah dikesan kesak kesuk kesak kesuk, kalau semut berjalan di tepi telinga kita pun tidak dengar. Kita sudah buat dosa besar tapi karena kita tidak paham, jadi kita berkata kita tidak buat.
Jadi banyak orang yang buat dosa besar batin. Untuk orang yang ingin beragama tapi ilmunya tidak ada, tidak halus maka dia akan banyak buat dosa besar batin. Seperti orang lain dapat kesenangan, terdetik hati kita merasa tidak senang, itu dosa….mana kita terfikir itu dosa? Kalau orang dapat kesusahan, kita tidak merasa susah, itu dosa…terpikirkah kita itu dosa? Bagaimana bisa orang susah kita tidak rasa susah, dimana perikemanusiaan kita? Itu tanda hatinya sudah bangkrut, tidak susah dengan kesusahan orang.
Pernahkah kita menungkan, “Eh, aku ini banyak dosa sebab aku tidak terasa susah dengan kesusahan orang lain.” Tapi kalau minum arak “Astaghfirullah hal `azim aku telah minum arak”. Setahun dia dapat ingat. Atau kalau berzina setahun dia akan ingat. Main di otak, tidak tenang.
Tapi tidak merasa susah dengan kesusahan orang, adakah bermain-main di otak? Tidak! Dia berada dalam keadaan leluasa tidak berasa berdosa dengan Tuhan. Jelas tidak ilmunya? Sebab itu kalau ilmu tidak halus, tidak seni, banyak ilmu tersirat kita tidak tahu maka banyak dosa-dosa batin kita buat tanpa disadari.
Ilmu-ilmu tersirat, ilmu-ilmu seni itulah ilmu tasawuf, itulah ilmu rohani. Banyak dosa-dosa batin yang kita buat tidak tahu. Lebih-lebih lagi sembahyang banyak, ibadah banyak, wirid zikir banyak, kerja-kerja umrah/haji sudah banyak tetapi tidak takut dengan Tuhan, sebab ditutup oleh kebaikan lahir tadi. Itu satu kejahatan paling besar. Sebab telah mencabut rasa kehambaan. Rasa kehambaan itulah yang Tuhan inginkan. Bila dicabut rasa kehambaan dia tidak nampak dosa besar. Bila rasa kehambaan tercabut datanglah rasa ketuanan, bila dibiarkan dia akan datang rasa keTuhanan. Musnah akidah dia, tidak bahaya kah?
Kadang-kadang orang yang lalai dengan Islam, sekejap sembahyang sekejap tidak sembahyang, sekejap puasa sekejap tidak puasa, tapi dia rasa bersalah. Dia sadar dia salah. Itu lebih selamat daripada orang yang jaga yang lahir, ibadah yang banyak dalam hati buat jahat, tidak merasa takut lagi. Yang tadi masih merasa takut lagi, dalam buat jahat dia merasa takut, rasa kehambaan masih kekal. Yang ini dia banyak buat secara luaran tidak merasa takut. Sebab di sisi Tuhan orang yang buat dosa terasa berdosa itu yang selamat. Orang berdosa rasa tak berdosa, itu yang rosak! Rasa berdosa, rasa bersalah, rasa kehambaan itulah yang Tuhan inginkan.
Kalau kita ambil yang lahir saja mungkin banyak ibadah yang makin rusak sebab dia tidak nampak kesalahan dirinya. Sebab itu orang zaman dulu, kalau ada orang tanya tentang hukum hakam kalau mau jaga hati dia akan berkata kalau langsung menjawab mungkin nanti ada rasa megah. Kamu pergilah tanya si Ahmad, bila sampai si Ahmad tanyalah si Yusuf, karena mau jaga hati. Dari Yusuf suruh pergi ke Mahmud juga. Akhirnya berputar sampai ke dia lagi karena tidak dapat mengelak dia pun akhirnya menjawab.
Sebab itu orang zaman dulu, kalau sangat ingin berdakwah, dia tidak jadi berdakwah. Waktu dia ingin bersyarah, dia menahan diri, sebab dia pikir jangan-jangan dorongan ini hanya untuk megah, untuk kepentingan diri. Syeikh Abdul Kadir Jailani selepas 30 tahun beribadah, buat itu buat ini, dia berdakwah. Sebab sebelum itu dia tidak berdakwah. Kadang orang bertanya mengapa tuan tidak berdakwah, kadang-kadang dia tidak menjawab sebab dia tahu mengapa dia tidak berdakwah. Setelah 30 tahun baru dia berdakwah, dia sudah jadi orang baik…mungkin mulai dari 30 tahun jadi sekarang sudah 60 tahun. Orang terkejut. Dia berkata “Saya sudah dapat arahan”, baru dakwah, ada arahan dari Tuhan, ada bisikan dari pihak Tuhan baru dia berdakwah. Dia berhati-hati. Sebab itu sekali saja dia berdakwah, yang sudah baik terus jadi baik, yang dapat hidayah mendadak baik, yang jahat-jahat bergolak hati. Itu kesannya. Hari ini orang berdakwah tapi tidak ada kesan, mengapa? Sebab hati sangat ingin berdakwah, sangat senang jikamasuk surat kabar lagi seronok, jadi dakwah tidak dapat memberi kesan.
Sheikh Abu Yazid Bustami lepas berdakwah banyak orang sadar, kerajaan tidak senang, maka dibuang.7 tahun dibuang, 7 tahun negara bergolak. Panen gagal, kelaparan, kemarau, kemudian baru orang merasa dan mengadu ke Gabenor, “Tuan, sejak kita buang Yazid, keadaan jadi begini, ini sudah parah, coba bawa pulang Yazid”. Dia pun kembali dan masalah selasai. Kesan rasa hati mereka, bergolak negara. Mana ada orang seperti ini sekarang. Masing-masing ingin berdakwah, tidak ada seorang pun masuk Islam, semua orang Islam tidak berubah, dirinya pun tidak berubah. Sebab dia berjuang tapi membawa dosa besar batin, bawa kejahatan batin, diluar bercahaya dalamnya gelap karena ilmunya tak seni, ilmu rohaninya tidak menyuluh batin, dia buat jahat tetapi tidak sadar, dia berdosa pun tidak sadar.
Ini semua faktor ilmu. Kalau ilmu kita tidak banyak, tidak global, tidak seni, makin kita baiki diri yang luar, makin terjun ke Neraka, makin terjun ke maksiat. Makin kita buat kejahatan tanpa kita sadar. Mesti berhati-hatilah, jangan sampai sembahyang, puasa, wirid kita menipu kita. Jangan ibadah kita merusakkan hati kita. Patutnya semakin banyak kita baiki diri semakin merasa bersalah, merasa berdosa, semakin merasa tak berguna, semakin merasa jauh dengan Tuhan. Itulah yang akan menyelamatkan kita.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Dosa-dosa Yang Tidak Disadari"

Posting Komentar

Copyright 2009 LOVERS of WISDOM
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates