Asal Mulanya Nama yang di Sempurnakan (ALLAH)
Nama Allah
Penulis : Muh. Alifuddin
Akulah Allah Yang Mahakuasa [El Shadday], hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. (Kejadian 17:1b)
Nama El/Elohim/Eloah (dalam dialek Arab =
Allah/Ilah), adalah nama pertama Tuhan yang tercatat dalam kitab
Kejadian sebelum nama Yahweh diperkenalkan kepada Musa dalam masa
Keluaran (Kel.6:1-2). El digunakan sebagai nama diri dan juga sebagai
sebutan untuk Tuhan, dan sekalipun Elohim lebih banyak digunakan sebagai
sebutan, kadang-kadang digunakan sebagai nama diri Tuhan yang bersifat
jamak, Eloah adalah bentuk tunggal dari Elohim.
El (baca Eel) atau Il adalah nama Tuhan rumpun
Semitik (keturunan Sem), yang dalam jalur Ibrani keturunan Arphaksad
disebut El/Elohim/Eloah dan dalam jalur Aram dan Arab disebut dengan
dialek Ila/Elah/Eloh/Aloh/Alaha/Ilah/Allah, dll. Bangsa Ibrani melalui
jalur keturunan Sem Arphaksad Eber (dari nama ini disebut bangsa Ibrani)
Peleg Abraham (melalui Sara) menyebut Il Semitik sebagai
El/Elohim/Eloah, sedangkan melalui keturunan Sem Aram lahir bangsa Siria
yang menyebutnya Elah/Eloh/Alaha . Bangsa Arab adalah keturunan Aram
Yoktan (Anak Eber) Hagar (selir Abraham) Keturah (selir Abraham),
menyebutnya dengan dialek mereka sebagai Ilah/Allah.
Tidak dapat disangkal bahwa bangsa Ibrani, Aram, dan
Arab masih berpangkal pada El/Alaha/Allah dari Abraham/Ibrahim yang
sama, sebagai Tuhan pencipta langit dan bumi yang menciptakan Adam,
memanggil Nuh dan kemudian memanggil Abraham/Ibrahim yang disebut
sebagai Bapa Orang Beriman (atau Bapa Monotheisme) yang dalam jalur Arab
secara turun-temurun oleh kaum Hanif dirayakan sebagai Idul Adha. .
Sebagai imbas perceraian bahasa di Babel (Kej.11) dan situasi lingkungan
yang berbeda, nama Tuhan yang sama disebut dengan dialek berbeda-beda
namun masih dalam rumpun semitik (Tuhan Il/El Semitik berbeda dengan
sesembahan lain seperti Brahman, Tao, atau Anatta yang dipopulerkan
sebagai Yang Satu dalam inklusifisme).
Namun, sekalipun ketiga agama Semitik Yahudi, Kristen
dan Islam menyembah Tuhan El/Allah yang sama, itu tidak berarti bahwa
semua pengajaran/aqidah ketiganya sama. Pengajaran/aqidah bisa berbeda
karena kepercayaan ketiganya didasarkan tradisi dan kitab suci (yang
dianggap masing-masing sebagai wahyu) berbeda mengenai El/Allah yang
sama itu.
Pada jalur Ibrani, sebutan El pernah merosot
ditujukan kepada berhala Anak Lembu (Kel.32:4/1Raj.12:28/Neh.9:18),
namun Musa dan para Nabi meluruskan kembali kepada El Israel (El Elohe
Yisrael, Kej.33:20;46:3). Orang-orang Arab yang percaya akan Il/El
Semitik/Ibrani dan juga yang menganut Kristen menyebutnya Allah dalam
dialeknya. Beberapa petunjuk penggunaan pada pra-Islam dapat dilihat
bahwa sejak jauh sebelum masa Kristen sudah ada bagian kitab suci Tenakh
dalam bahasa Aram (Sebagian kitab Ezra, Daniel, dan Yeremia ditulis
dalam bahasa Aram, a.l. Dan.2:47;5:3 mengandung nama Elah ) dan
terjemahan Peshitta (Alkitab bahasa Aram) ditulis pada abad-2. Di sini
El ditulis Alaha (dibaca dalam berbagai dialek seperti
Elah/Eloh/Aloh/Aloho).
Yesus tidak menggunakan bahasa Ibrani melainkan
Yunani dan Aram, dan di atas kayu salib Ia memanggil Bapa dengan nama
El/Elo yang adalah bahasa Aram (Mat.27:46;Mrk.15:34). Di kalangan bangsa
Arab pengikut Yesus, penggunaan nama Allah sudah terjadi sejak awal
kekristenan jauh sebelum masa jahiliah Arab dan kelahiran Islam. Pada
Konsili Efesus (431) wilayah suku Arab Harits dipimpin uskup bernama Abd
Allah. Inskripsi Zabad (512) diawali Bism al-Ilah (Dengan nama Allah)
lengkap dengan tanda salib diikuti nama-nama Kristen, demikian juga
Inskripsi Umm al-Jimmal (abad-6) menyebut Allahu ghafran (Allah yang
mengampuni). Inskripsi Hurran al-Lajja (568) dan inskripsi lain pra
Islam dari lingkungan Kristen menggunakan nama Allah pula.
Pada masa Islam lahir (abad-7), dalam Al-Quran nama
Allah diakui oleh Muhammad digunakan bersama baik oleh umat Islam,
Yahudi, Nasrani dan Kristen, seperti dalam ayat:
"(Yaitu) orang2 yang diusir dari negerinya, tanpa
kebenaran, melainkan karena mereka mengatakan: Tuhan kami Allah. Jikalau
tiadalah pertahanan Allah terhadap manusia, sebagian mereka terhadap
yang lain, niscaya robohlah gereja2 pendeta dan gereja2 Nasrani dan
gereja2 Yahudi dan mesjid2, di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sungguh
Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim,
QS.22:40)
Dari kenyataan ini kita tahu bahwa nama Allah
bukanlah kata Islam melainkan kata Arab sebab sudah digunakan sejak
keturunan Semitik suku Arab yang menyebut El Semitik dalam dialek
mereka, dan juga digunakan orang Arab yang beragama Yahudi dan Kristen
jauh sebelum kehadiran masa jahiliah dan Islam. Ulil Absar Abdala dalam
seminar LAI mengakui bahwa 70% data Al-Quran berasal dari tradisi agama
Yahudi dan Kristen, ini berarti Islam menggunakan istilah Allah dari
kedua sumber itu dan digabungkan dengan konsep Allah nenek moyang mereka
penganut agama Hanif.
Di negara-negara berbahasa Arab, saat ini ada empat
Alkitab bahasa Arab dan keempatnya menggunakan nama Allah , dan
penggunaan nama Allah bersama-sama oleh umat Islam dan Kristen di
negara-negara berbahasa Arab tidak pernah menjadi masalah. Di Kairo kota
lama, ada gereja Al-Mu alaqqah dimana dipintunya ditulis kaligrafi Arab
yang berbunyi Allah Mahabah (Allah itu kasih), dan dipintu lainnya Ra
isu al-Hikmata Makhaafatu Ilah (Permulaan Hikmat Adalah Takut kepada
Allah), dan dari situ ada sinagoga Ben Ezra dimana disebut bahwa dahulu
di situ Rabbi Moshe Ben Ma imun menulis buku Al-Mishnah dan Dalilat
el-Hairin dalam bahasa Ibrani dan Arab dimana El/Elohim diterjemahkan
Allah.
Dalam jalur Arab yang percaya ajaran Il/El Semitik
ini tidak dapat disangkal bahwa mereka menyebut dalam dialek mereka
sendiri sebagai Allah terutama untuk menunjuk Allah dari Adam, Sem
(semitik), Yoktan (anak Eber, Ibranik), dan Ibrahim (Abrahamik).
"Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang disebut dengan Nama Allah, sudah
dikenal oleh Bangsa Arab kuno ... Kelompok keagamaan lainnya sebelum
Islam adalah hunafa(tngl.hanif), sebuah kata yang pada asalnya ditujukan
pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran
Ibrahim dan Ismail . (Glasse, Ensiklopedia Islam, h.50).
Sekalipun pada masa jahiliah pra-Islam dimana banyak
berhala asing diimpor dan juga disebut sebagai Ilah/Allah (karena bisa
bersifat nama diri/sebutan), sejarah menunjukkan bahwa sudah sejak masa
Abraham di kalangan suku Arab ada penganut agama Hanif yang mempercayai
Allah Ibrahim (ini dikenang terus menerus melalui tradisi Idul Adha)
terutama suku-suku Ibrahimiyah dan Ismaeliyah yang tidak menganut agama
Israel maupun Kristen. Iman Ibrahim ini tetap terjaga ditengah
kemerosotan agama masa jahiliah dan kemudian diteguhkan kembali oleh
Islam.
Agama Islam dibawa ke Indonesia oleh orang Sufi yang
berbaur dengan pribumi sejak abad-13, dan baru pada abad-16 agama
Kristen masuk. Setelah 4 abad banyak kata Arab terserap ke dalam bahasa
Melayu dan kemudian Indonesia (Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sekarang ada 1495 kata Arab menjadi kosakata bahasa Indonesia termasuk
kata Allah). Sejak Kitab Injil pertama dalam bahasa Melayu karya
Corneliz van Ruyl (1629) sudah digunakan nama Allah untuk menyebut El PL
dan Theos PB. Corneliz tahu bahwa di negara berbahasa Arab nama Allah
digunakan baik oleh orang Kristen maupun Islam, dan karena nama Allah
sudah diadopsi ke dalam bahasa Melayu dan kemudian Indonesia, maka
penggunaan nama itu dalam terjemahan Alkitab justru tepat, karena bukan
merupakan terjemahan nama El melainkan hanya dialek yang berbeda dari
nama yang sama
.
Robert Morey dalam buku Islamic Invasion, confronting
the world s fastest religion (1992) menyebut nama Allah adalah nama
dewa bulan bangsa Babil. Bukunya memuat Appendix Moon God dan menyebut
bahwa bangsa Arab menyembah dewa bulan ini, sebagai buktinya ditunjukkan
gambar bulan sabit diatas kubah mesjid (h.50,51,218). Ia menyebut
Alkitab Arab ditulis pada abad-9 dan umat Kristen dipaksa penguasa Islam
menulis nama Allah dalam Alkitab Arab (h.64). Sayang, Morey kurang
terbuka wawasannya tentang sejarah penggunaan nama Allah sebelum masa
Islam di kalangan orang Siria dan Arab, baik yang beragama Yahudi,
maupun Kristen, dan juga penggunaannya dikalangan Arab Hanif pra-Islam,
dan mungkin karena fobia akan Islam ia mengabaikan fakta bahwa dalam
Al-Quran, Muhamad mengaku bahwa nama Allah dipakai bersama dengan umat
Yahudi, Nasrani, dan Kristen (QS.22:40), tentu mereka menggunakannya
lebih dahulu.
Mengenai moon god yang banyak gambar inskripsinya
dalam buku Morey (h.211-218), tidak jelas apa hubungannya dengan nama
Allah karena pada masa kemerosotan jahiliah sebelum hadir Islam, di
kawasan Arab (kecuali kaum Hanif) memang terjadi adopsi berhala-berhala
asing dimana moon god disembah sebagai hubal. Bukan hanya dewa bulan
hubal tetapi pada masa jahiliah berhala lain juga disebut Allah, seperti
dewa air, dewa kesuburan, Al-Atta, Al-Uzza, dll. Menuduh bulan sabit
sebagai bukti penyembahan dewa bulan jelas keliru, sebab lambang itu
baru muncul di Turki pada abad-15 ol602penguasa Otoman yang
mengadopsinya dari Byzantium, karena disana bulan sabit merupakan tanda
kemenangan karena kemunculannya yang tiba-tiba menyelamatkan Byzantium
dari serangan mendadak musuh di malam gelap. Bagi Islam, bulan sabit
(hilal) adalah petunjuk ritme waktu. Muhamad mengatakan:
Wahai bulan sabit yang indah dan bulan sabit
petunjuk, keyakinanku teguh kepada Dia yang telah menciptakanmu.
(Glasse, Ensiklopedia Islam, h.64).
Dari para pemuja nama Yahweh juga sering diajukan
kutipan yang menyebut bahwa nama Allah adalah nama berhala bulan/air.
Kita perlu mengajak mereka agar membaca dengan benar kutipan tersebut,
sebab mereka mencomot kutipan itu dari konteks ceritanya. Bila kita
mempelajari konteks bacaan sekitar kutipan tersebut kita akan mengetahui
bahwa penulis menyebut bahwa pada masa jahiliah nama Allah merosot
ditujukan kepada berhala yang diimpor dari negeri sekeliling, namun
dalam konteksnya jelas pula bahwa kemudian Islam mengembalikan
kemerosotan itu kembali kepada agama hanif yang tetap mempertahankan
iman agama Ibrahim. Tidak ada ayat dalam Al-Quran yang menyebut nama
Allah asalnya nama berhala bulan, air atau lainnya.
Mengkait-kaitkan berhala moon god Babel kuno dengan
nama Allah, sama halnya dengan kalau mengkaitkan berhala anak lembu yang
banyak dijumpai dalam inskripsi peninggalan Babel, Kanaan, dan Mesir
kuno dengan nama Elohim dan Yahweh (Kel.32:4/1Raj.12:28/Neh.9:18).
Para pemuja nama Yahweh mengidap Yudaisme mania dan
Islam fobia dan menuduh bahwa nama Allah adalah nama berhala bulan dan
baik umat Islam maupun Kristen disebut menghujat Tuhan bila menyebut
nama Allah. Beberapa hal sebaiknya direnungkan oleh mereka:
- Di negara-negara berbahasa Arab penggunaan nama Allah selama 15 abad untuk menyebut Tuhan Semitik secara bersama tidak pernah menjadi masalah, dan selama empat abad penggunaan bersama nama itu di Indonesia juga tidak menimbulkan masalah. Adanya fanatisme penggunaan nama Allah di kalangan Islam tertentu dan fanatisme nama Yahweh (yang anti Allah) di kalangan Kristen-Yudaik baru terjadi belakangan ini yang isu-nya justru dikobarkan oleh para pemuja nama Yahweh itu;
0 Response to "Asal Mulanya Nama yang di Sempurnakan (ALLAH)"
Posting Komentar