Diam itu "Indah"
Belajar diam, sebuah nasehat dan muhasabah diri
Oleh: Syaikh Abu Zaid Al Kuwaity (rahimahullah)
(Muhammad Alifuddin)..,,"Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah di dalamnya …
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu Alayhi Wa sallam adalah Rasul dan hambaNya. Amma ba’du …
Pembicaraan kita hari ini dengan tema : “ Bagaimana kita belajar diam ” Sebagian orang mungkin heran, apakah diam harus dipelajari?
Yang
dimaksud dengan belajar adalah praktek latihan, mengasah dan menjadikan
tradisi. Judul ini saya ambil dari perkataan sebagian salaf. Ketika
mereka berkata : “ kami belajar diam sebagaimana kalian belajar berbicara“,
sekarang ini banyak dilakukan kursus training seni berbicara, seni
berpidato dan juga seni bagaimana mempengaruhi orang lain. Namun pada
pertemuan ini, kita membahas – Insya ALLAH – bagaimana kita belajar
diam. Yang saya maksud bukan diam dari kebenaran, Naudzubillah … atau
diam dari amar ma’ruf nahi munkar atau diam dari menasehati manusia
atau diam dari mengarahkan dan memberi petunjuk kepada mereka … bukan
sekali-kali bukan !!! yang aku maksud adalah diam dari senda
gurau, diam dari kata-kata bathil diam dari katanya dan katanya …serta
perkataan yang tidak ada faedahnya baik bagi diennya maupun dunianya.
Rabb kita Azza Wa Jalla telah mensifati orang beriman dalam kitabNya yang mulia :
” Sungguh
beruntung orang orang yang beriman. Yaitu orang yang khusyu’ dalam
sholatnya dan orang yang menjauhkan diri dari ( perbuatan dan perkataan )
yang tidak berguna ( Al Mu’minun 1-3 )
Allah Azza Wa Jalla
memuji orang-orang beriman yang menjauhi senda gurau . senda gurau
disini adalah perkataan bathil. Dan Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam bersabda : “ Barangsiapa yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir maka hendaknya berbicara yang baik atau diam” Perhatikanlah wahai ikhwah … Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam mengaitkan
diam dengan permasalahan aqidah yakni iman kepada Allah dan hari akhir.
Aqidah yang dikaitkan dengan persoalan diam. Allah Azza Wa Jalla juga
berfirman : “ Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang selalu siap ( mencatat ) ” ( Qoof 18 ).
Ada
Tiga permasalahan yang akan kita bahas dalam majelis kita, walau
sebenarnya banyak permasalahan dalam tema ini, namun dalam pertemuan
ini kita hanya akan membahas 3 perkara.
Masalah pertama :
Bahwa kita tidak mengenal kalimat ” Allahu A’lam” dalam majelis kita.
Kita dapati dalam majelis kita yang membicarakan banyak bidang, yakni
bidang syar’i, kedokteran, politik dan segala bidang lainnya, seseorang
berkata “ ini pendapatku” yang itu berkata “ saya kira ” dan yang ini berkata “ yang saya yakini” dia tidak tahu kalimat “ Allahu A’lam ” bahkan kalimat Allahu A’lam termasuk aib sebagaimana sebagian orang berkata demikian. Padahal sebagian salaf berkata “ Allahu A’lam adalah setengah ilmu“
Masalah kedua : yaitu dalam majelis, tidak ada sifat “ diam dengan baik ” kepada orang lain. Ada perbedaan antara “ diam” dengan “ diam yang baik ”,
masing-masing kita tidak punya sifat diam yang baik kepada orang lain.
Baik orang lain itu anak kecil, orang bodoh atau bahkan wanita !!!
ketika misalnya berbicara dengan isterinya kita lihat tidak kita dapati
sifat diam yang baik, yakni ia malah sibuk dan tidak memperhatikan. Kita
tidak memperhatikan atau mendengar kepada orang lain kecuali kepada
orang tertentu saja. Kepada orang yang punya gelar, kedudukan, memiliki
posisi social, kita akan diam dengan baik, ini semua akibat tidak
mempelajari sifat diam.
Masalah ketiga yang kita
bahas di majelis ini bahwa sebagian orang yang diuji, ia senang jika
ia duduk di suatu majelis, dia merasa senang jika 70 % atau 80 % dari
majelis semuanya memperhatikannya, dia yang harus menyampaikan,
mengemukakan dan yang menilai, ia senang jika semua orang di majelis
memberikan perhatian kepadanya. Hal Ini termasuk kesalahan, walaupun
orang ini misalnya syaikh dan alim jika ia memberi nasehat, bimbingan
dan menjawab pertanyaan terkadang bisa diterima. Akan tetapi jika ada
seseorang yang tidak tahu terhadap sebuah ilmu atau kurang pengalaman
dan yang lain, begitulah dia ( yakni tidak ada perhatian )
3
permasalahan ini adalah pengaruh dari tidak belajar diam, termasuk
renungan kita bersama pada pertemuan ini adalah keseimbangan iman bukan
keseimbangan olah raga fisik. Perhatikan keseimbangan tentang ini .. !
keseimbangan ini saya kumpulkan dari perkataan para ahli hikmah yaitu 7 hikmah dari hikmah yang terbaik dalam bab ini, yaitu bab diam.
Hikmah pertama : “ Barangsiapa yang banyak bicaranya banyak pula dosanya“.
Yaitu jika manusia semakin banyak bicara maka akan menyebabkan ia
kepada dosa. Dan begitu juga sebaliknya, jika engkau sedikit bicara maka
engkau sedikit pula dosanya.
Hikmah kedua : “ Barangsiapa yang sempit hatinya maka akan leluasa lisannya”
sebagian orang yang hati dan dadanya sempit, maka kamu dapati lisannya
leluasa mencela, menyakiti, mentalak, melaknat dan menuduh orang lain
begitu juga sebaliknya “ barangsiapa yang luas hatinya maka akan sempit lisannya ( tidak banyak bicara ) ”.
Hikmah yang ketiga : ” barangsiapa yang sibuk dengan hal yang tidak bermanfaat maka ia akan kehilangan hal yang bermanfaat”
artinya kita dapati sekarang ini manusia sibuk dengan melihat
acara-acara media yang rusak dan membaca majalah-majalah lucah,
barangsiapa yang melakukannya maka ia terhalang dari banyak sekali
ketaatan dan ibadah.
Hikmah keempat : mereka ahli hikmah berkata : “ barangsiapa yang banyak akalnya maka sedikit bicaranya dan barangsiapa yang sedikit akalnya maka banyak bicaranya”
SubhanALLAH, ungkapan ini, tentu engkau dapati orang yang paling
sedikit berkata : ” katanya dan katanya ” mereka ini adalah ahli ilmu
sedangkan orang-orang yang banyak mengatakannya adalah orang bodoh.
Hikmah kelima : para ahli hikmah sepakat bahwa “ kunci utama hikmah adalah diam” ini tidak perlu lagi ada penjelasan.
Hikmah keenam : para ahli hikmah ditanya tentang sifat pencela. Siapakah pencela ? mereka menjawab : “ jika tidak ada orangnya ia mencelanya dan jika ada maka ia akan menggunjing orang lain“ ini
adalah sifat yang aneh!!! Jika ia jauh darimu, ia mencelamu, dan jika
engkau ada maka ia menggunjing yakni menggunjing orang lain, sehingga
kamu tidak selamat darinya dan orang lain pun tidak akan selamat
darinya.
Hikmah ketujuh ( terakhir ) : para ahli hikmah berkata : “ barangsiapa yang sibuk dengan keadaan orang lain maka keadaan dirinya akan hilang ”
engkau dapati sebagian orang berkeinginan besar untuk menjadi yang
menjadi pertama kali tahu tentang kabar berita orang lain, jika ia
mengikuti kabar manusia untuk kemaslahatan atau untuk faedah maka bisa
diterima, namun begitulah, ia senang apa ? senang bertanya apa yang
dilakukan si fulan ? apa yang dikerjakan si fulan ? lalu apa yang
terjadi ? maka yang terjadi adalah keadaan dirinya hilang yakni ia tidak
melihat keadaan dirinya, keadaan pribadinya dan tentang aib-aibnya.
Termasuk renungan yang perlu kita renungkan bersama dalam pertemuan ini adalah tema, “ bahasa diam dalam dunia wanita ”
dunia wanita sekarang adalah dunia yang mengherankan dan aneh, mereka
tidak tahu diam, wanita dalam majelis tidak tahu bahasa diam padahal
diam itu bermanfaat dan berfaedah, tentu pertama mereka membicarakan
tentang makanan, kemudian tentang sesuatu yang lain, kemudian tentang
dunia pernikahan kemudian masalah pengasuh anak, lalu tenang dunia
anak-anak, artinya dalam suatu majelis para wanita ini biasa membahas 32
tema masalah dan idak mendapatkan faedah atau hasil apapun. Diantara
pemahaman yang salah, dan ini satu perenungan juga bahwa sebagian orang
yang selalu melihat kepada orang yang lebih mengutamakan diam atau orang
yang tidak pandai bicara dengan orang lain yakni orang melihatnya
dengan pandangan negative, cela dan memiliki kekurangan, padahal ini
bukanlah sebuah aib !!! … maaf, orang yang tidak pandai atau banyak
bicara bukanlah aib !!! tetapi yang aib adalah jika seseorang banyak
berbicara, Nampak apa ? kesalahannya.
Sekarang wahai
saudara-saudara yang mulia … kita bahas tentang langkah apa yang harus
ditempuh ? atau bagaimana kita belajar diam secara praktek, bukan hanya
secara teori, bukan ! tapi secara praktek. Langkah pertama dalam metode
belajar diam adalah :
Pertama : merasa malu
kepada Allah Azza Wa Jalla … demi Allah, wahai saudara-saudaraku yang
mulia alangkah indah dan mengagumkannya bahwa seseorang merasakan dalam
hatinya, keyakinan rasa malu kepada Allah dalam perkataannya,
perbuatannya, tingkah lakunya, tindak tanduknya dan seluruh keadaanya.
Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia seandainya manusia merasakan
keyakinan rasa malu kepada Allah maka Demi Allah … ia akan merasakan
kelezatan, kesenangan, kebahagiaan dan ketenangan.
Berapa banyak
perkataan yang kita ucapkan, tetapi tidak keluar dari hati kita. Malu
kepada Allah, seorang hamba yaitu dengan apa ? malu jika batinnya tidak
sesuai dengan dhahirnya, engkau dapati jika ia sendirian, ia bermaksiat
kepada Rabbnya Azza Wa Jalla dan jika ia bersama manusia, ia nampak
orang baik dan bertaqwa. Seorang hamba patut malu kepada Allah, bahwa
Allah melihatmu sedangkan engkau sholat, jasadmu bersama ALLAH,
sedangkan hati bersama makhluk, bersama dunia … Laa Haula Wala Quwwata
Illa Billah … Sungguh indah seseorang yang malu kepada Allah hingga
dalam perkataan dan ucapannya, bagaimana ketika Allah melihatmu sedang
saat itu kita kata melafadzkan kalimat yang tidak diridhoi Rabb kita
Azza Wa Jalla.
Sebagian salaf berkata, diantara tanda Al
Maqt ( kemurkaan Allah ) tanda kemurkaan Allah atau penghinaan Alah
kepada hambanya yaitu berbicara pada hal yang tidak bermanfaat. Ini
termasuk tanda kemurkaan! Perhatikanlah ! hati-hatilah ! dan murka itu
lebih keras daripada marah. Rabb kita Azza Wa Jalla berfirman : “ Wahai
orang-orang yang beriman ! mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan ( sangatlah ) besar murka Allah jika kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan. ” Dan murka itu lebih keras dari marah.
Ini
adalah faktor pertama, wahai saudara-saudaraku yang mulia bahwa
langkah pertama yang dilakukan seseorang adalah selalu merasakan malu
kepada Allah yang Maha Agung, Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Mendengar dan
Maha Melihat Subhanahu Wa Ta’ala yang mana tidak ada sesuatupun yang
tersembunyi padaNya, maka Anda harus merasa malu kepada Allah tatkala
engkau berkata dengan kalimat-kalimat yang Allah Azza Wa Jalla tidak
ridho dengannya, dan dimurkaiNya.
Kedua :
termasuk langkah nyata dan sebab-sebab kita dapat mempelajari diam
adalah jadikanlah ia kaedah atau ciri utama dalam kehidupanmu,
pikirkanlah sebelum engkau berbicara, biasakan dirimu, latihlah lisanmu,
memang lisan itu perlu latihan dan percobaan. Latihlah dirimu sebelum
menyatakan persoalan apapun di suatu majelis atau kalimat apa saja,
engkau memikirkan dahulu perkataan itu, pikirkan sebelum engkau apa ?
sebelum engkau bicara ! sebagian orang ada yang pesimis dengan hal ini …
ia berkata hal itu sulit, berat dan susah …ini hanya perlu berlatih,
berlatih, dan berlatih lagi hingga selanjutnya mudah bagimu. Sedangkan
kita dalam perkara dunia, sebelum maju melangkah dalam program-program
dunia selalu berfikir dahulu, sebelum maju untuk menikah ia berfikir,
bermusyawarah dan bertanya, sebelum ia ingin membeli rumah, sebelum
berfikir untuk membeli mobil, sebelum maju untuk bekerja. Perkataan
tentang dunia apa saja ia akan berfikir terlebih dahulu hingga tercapai
dengan baik maka fikirkan sebelum engkau bicara!
Oleh karena itu sebagian ahli hikmah berkata : “ termasuk tanda kebodohan, perhatikan ! termasuk tanda kebodohan, adalah berkata pada hal yang tidak bermanfaat” termasuk tanda kebodohan adalah sifat ini. Engkau berkata pada hal yang tidak bermanfaat.
Banyak
orang duduk dalam suatu majelis dan menghabiskan waktu 1 jam, 2 jam
atau 3 jam, berbicara pada hal-hal yang tidak dapat menggemukkan dan
tidak pula membuat kenyang ! ini termasuk sikap yang mengesankan, yaitu
sikap tarbawiyyah ( pendidikan ) yang kita pelajari dari sikap ini.
Diriwayatkan oleh sebagian orang sholeh bahwa ia hendak mentalak
isterinya, ” berniat” mentalak isterinya, baru berniat saja lalu
dikatakan kepadanya, apa yang membuatmu ragu dengannya ? mengapa engkau
mentalaknya ? apa yang ia katakan ? maka apa yang ia katakan? ya akhi …
Demi ALLAH kata-kata ini ditulis dengan tinta emas jadikanlah kalimat
ini sebagai prinsip hidup. Orang sholeh itu berkata, dengarkan dan
perhatikan !!! … ia berkata : ” orang yang berakal tidak akan membuka tabir rahasia isterinya “, dan ketika ia telah mentalaknya, mereka bertanya lagi, mengapa engkau mentalaknya ? ia menjawab : “ apa
hubungannya diriku dengan wanita itu ? ia sekarang bukan tanggunganku
lagi, apa hubunganku dengannya, saya tidak akan membicarakan orang lain.”
Kita saat ini, memohon kepada ALLAH yang Maha Agung agar memaafkan kita
dan tidak menghukum kita serta merahmati kita seandainya ada salah
seorang yang mentalak isterinya, maka ia akan langsung saja menceritakan
seluruh hidupnya dari sejak malam pertama hingga 5-6 atau 7 tahun
sepanjang sejarah hidup bersamanya.
Ketiga : termasuk langkah praktek – nanti kita cukupkan sampai empat langkah saja – adalah mempersedikit bergaul dengan manusia atau arti lain menyendiri yang syar’i.
Imam Ibnul Qayyim Al jauziyyah berkata : “ termasuk perusak hati adalah banyak bergaul dengan orang lain.”
Tidak dibenarkan jika seseorang dari pagi hingga sore selalu bersama
manusia. Selalu berbicara dengan manusia, ini tidak dibenarkan ! bagi
seorang muslim minimal harus apa ? harus ada waktu menyendiri bersama
Rabbnya dan di malam harinya juga ada waktu. Saya beri contoh kepada
kalian, waktu antara maghrib dan isya banyak sekali masjid dan tidak ada
seorangpun antara maghrib dan isya memiliki waktu, satu jam saja !
hanya antara maghrib dan isya engkau berdzikir kepada Allah, shalat,
berisighfar kepada Allah, membaca buku yang bermanfaat dan berfaedah.
Didiklah jiwamu, biasakanlah dirimu untuk menyendiri.
Ya … sebagian orang merasa sempit dadanya, merasa kesepian. Ia berkata : aku tak mampu untuk duduk sendirian, merasa sempit dan kesepian, kami katakan inilah penyakit pada kepribadianmu !!! dikatakan kepada salah seorang yang sholeh : tidaklah engkau kesepian ketika sendirian ? ia menjawab : “ bagaimana aku akan merasa kesepian ? sedangkan aku duduk bersama yang mengingatku ! ” Allah berfirman : “ Ingatlah aku maka aku akan ingat kalian ”
Allah mengingatmu ! diriwayatkan dari sebagian orang sholeh bahwa ia
berkata kepada sebagian para shahabatnya ketika mereka mengunjunginya
dan ingin keluar darinya, ia mewasaiatkan kepada mereka kata-kata yang
bagus dan mengagumkan, ia berkata jika keluar dariku maka
berpisah-pisahlah kalian dan semoga salah seorang dari kalian ada yang
membaca al-qur’an di tengah perjalanannya, membaca Alquran dan berdzikir
kepada Allah.
Ya perbuatan berkumpul, selalu berkumpul dengan
manusia mendorong untuk saling bercakap-cakap tapi ketika seseorang
dalam sebagian waktunya menyedikitkan atau tidak berkumpul dengan
manusia adalah bagus. Ia telah belajar berkaitan dengan mempersedikit
bicara. Oleh karena itu engkau dapati sebagian orang jika ingin pergi
dalam perjalanan panjang misalnya 1 atau 2 jam, ia akan menghubungi
sebagian temannya dan berkata : maukah engkau pergi bersama menemaniku dalam perjalanan ? baiklah
wahai akhi … gunakanlah waktu ini … engkau sibukkan dengan mengulang
hafalanmu, berdzikir kepada Allah, merasa berdiri di hadapan Allah dan
berdoa kepada Allah. Jelaslah bahwa masalah kita adalah kita tidak
terbiasa menyendiri, kita tidak terbiasa menyendiri dalam waktu 1, 2
atau 3 jam saja. Kita cepat merasa dadanya sempit, merasa apa ? kesepian
dan kesempitan.
Sebab terakhir yang membantu kita untuk diam adalah dengan memperbanyak berdzkir kepada Allah, Umar Bin Khottob berkata “ mengingat manusia itu penyakit dan mengingat Allah adalah obat ”.
Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ia berkata kami menghitung Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam dalam satu majelis 100 x membaca “rabbighfirlii wa tub alayya innaka anta tawwaburrahiim ” dalam satu majelis ! engkau biasakan dirimu misalnya ketika pergi ke suatu majelis katakanlah pada dirimu sendiri : Aku
tidak akan keluar dari majelis ini hingga aku mengucapkan ”
Astaghfirullah ” 100 x dan bershalawat 10 x misalnya atau aku akan
berkata ” SubhanALLAhul adzim subhanaALLAh wa bihamdih 100 x . program ini menjadikanmu apa ? engkau akan sedikit berbicara, ia akan mendidik dan membiasakanmu untuk diam.
Mengapa
kita membahas tema ini wahai saudaraku yang mulia dalam akhir
pertemuan ini. Hasil dan faedah kita membahas tema ini adalah bagaimana
kita belajar diam. Hasil dan faedahnya besar sekali yaitu bahwa termasuk
lurusnya hati adalah dengan menjaga lisan. Sebagian salaf berkata : “ jika engkau ingin hatimu baik, maka minta tolonglah dengan menjaga lisanmu. Maka minta tolonglah dengan menjaga lisanmu. ”
Alangkah indah, bagus dan manisnya jika seseorang melatih dirinya
sendiri. Kita memberi pelatihan kepada orang lain tapi apakah engkau
sendiri juga berlatih ? dengan akhlaqmu, tingkah lakumu, lisanmu, engkau
latih sendiri engkau ajari dan didik sendiri, aku tidak akan banyak
bicara, aku tidak akan mengucapkan kata-kata, tema yang aku sampaikan,
aku berusaha untuk menjaga kata-kata, mengendalikan lisan dan Allah akan
menolong hambanya jika Dia melihat kejujuran darinya, sebagiamana
perkataan Ibnul Qayyim : “ Jujurlah dalam mencari maka akan datang pertolongan kepadamu ” hikmah yang sangat mengagumkan!!!
Aku
memohon kepada Allah yang Maha Mulia pemilik Arsy Yang Agung untuk
memberi petunjuk kepadaku dan kalian kepada apa yang Allah cintai dan
ridhoi dan akhir dakwah kami “ Alhamdulillah rabbil Aalamiin.”
0 Response to "Diam itu "Indah""
Posting Komentar