Hak-hak Tauhid
Hak-hak Tauhid
Beruntunglah
orang yang mempunyai persepsi yang semestinya terhadap Allah, mengakui
kebodohan dirinya, keminiman ilmunya, kekurangan dirinya, keterbatasan
haknya dan tindakannya yang aniaya.
Kalaupun Allah menghukumnya
karena dosa-dosanya, dia menyadari hal itu sebagai wujud keadilan-Nya,
dan jika Allah tidak menghukumnya, maka dia melihat itu sebagai wujud
karunia-Nya.
Jika dia mengerjakan suatu kebaikan, maka dia
melihatnya sebagai anugerah dari Allah yang dilimpahkan kepadanya. Jika
dia menerimanya maka itu merupakan anugerah yang kedua kalinya, dan jika
dia menolak, karena yang demikian itu seakan tidak layak baginya.
Jika
dia mengerjakan keburukan, maka dia melihatnya sebagai penelantaran
Allah terhadap dirinya dan tidak ada penjagaan Allah terhadap dirinya,
itupun tetap merupakan cermin keadilan-Nya. Dengan begitu dia bisa
melihat bahwa dirinya memang benar-benar membutuhkan Allah karena dia
telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri. Kalaupun keburukan itu
diampuni, maka itu semata berkat kabaikan dan kemurahan Allah.
Disini
adalah inti masalah dan rahasianya, bahwa tidak ada yang dapat melihat
Rabb-nya kecuali orang yang berbuat kebaikan, dan tidak ada yang dapat
melihat diri sendiri kecuali orang yang berbuat buruk, yang mengabaikan
atau berbuat kelewat batas. Orang yang pertama melihat apa yang
membuatnya senang berasal dari karunia Rabb dan kebaikan-Nya dan melihat
apa yang membuatnya tidak senang, karena berasal dari dosa-dosanya dan
itu merupakan keadilan Allah.
Sumber:
Mendulang Faidah dari Lautan Ilmu (Muktasar Al-Fawaid), peringkas: Ali
bin Hasan Al-Halaby Al-Atsari. Penerbit Al-Kautsar, cetakan VI, 2005.
0 Response to "Hak-hak Tauhid"
Posting Komentar