Tips Sholat Khusyu’
Sholat didirikan karena Allah (Lillah) untuk mendapatkan dan
merasakan kebersamaan atau kedekatan dengan Allah (Billah). Oleh karena
menginginkan selalu kebersamaan atau kedekatan dengan Allah (Billah)
maka sebagian muslim, selain mendirikan sholat wajib 5 waktu menambah
lagi dengan sholat-sholat sunnah dan amalan-amalan sunnah lainnya.
Kesadaran akan kebutuhan sholatlah yang membuat kita rindu, senang dan
selalu merasa butuh untuk melakukannya. Insyaallah, tulisan berikut ini
akan menguraikan tips sholat khusyu’
Tips sholat khusyu’
- Mencari tahu tentang sholat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW
- Mengetahui tujuan mendirikan sholat dan syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan sholat.
- Memperhatikan dan kesadaran tumakninah
Perihal awal yang utama adalah mencari tahu tentang sholat
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan
mengetahui sholat seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, kita akan
mendapatkan sholat yang khusyu’.
Dimana ilmu / pengetahuan tentang contoh sholat Rasulullah SAW bisa kita peroleh ?
Sumber awal tentu adalah dari Al-Qur’an dan hadits.
Jikalau kemampuan kita terbatas untuk menggali hukum tentang sholat
dari dalam Al-Qur’an dan Hadits maka kita dapat mengikuti imam yang
telah mengeluarkan / menggali hukum (istinbath) tentang sholat dari
dalam Al-Qur’an dan Hadits yang dikenal sebagai Imam Mujtahid. Tulisan
tentang imam mujtahid, silahkan baca pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/03/31/imam-mujtahid/
Imam Mujtahid yang kita ketahui ada empat yakni, Imam Abu Hanifah
(Madzhab Hanafi), Imam Malik bin Anas (Madzhab Maliki), Imam Muhammad
bin Idris (Madzhab Syafi’i), Imam Ahmad bin Hanbal (Madzhab Hanbali).
Masa kehidupan Imam yang empat ini adalah pada masa salafush sholeh,
yakni pada masa Tabi’in (orang yang berjumpa dengan Sahabat Nabi) maupun
Tabi’ Tabi’in (orang yang berjumpa dengan orang telah berjumpa dengan
Sahabat Nabi). Imam Empat ini diibaratkan mengumpulkan hadits-hadits,
menghafalnya yang kemudian menjadikan sebagai dasar untuk mengeluarkan /
menggali hukum-hukum yang kita kenal sebagai Fiqh atau fikih. Sehingga
mereka pun dikenal sebagai Ulama Besar Fikih. Ikutilah salah satu dari
mereka, umumnya adalah mengikuti hukum-hukum (madzhab) yang terbanyak
diikuti disuatu wilayah / negara agar dapat saling mengingatkan. Untuk
mengetahui sedikit riwayat tentang Imam Madzhab yang empat, silahkan
baca tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/03/madzhab-empat/
Untuk mengetahui mengapa perlunya madzhab silahkan baca tulisan pada, http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/07/2010/05/07/perlunya-madzhab/
Untuk mengetahui Madzhab yang banyak diikuti di wilayah/negara kita, silahkan baca tulisan pada, http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/02/10/riwayat-ahlussunah-wal-jamaah/
Sebelum kita mendirikan sholat, hal yang perlu kita ketahui adalah
syarat yang harus dipenuhi dan tujuan kita mendirikan sholat. Dengan
mengetahui syarat dan tujuan sholatlah, insyaallah akan mendapatkan
sholat yang khusyu’.
Apakah tujuan kita mendirikan sholat ?
Petunjuk Allah dalam Al –Qur’an, yang artinya
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat
Aku.” (QS Thaha 20: 14)
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS al Baqarah 2 : 153)
Tujuan mendirikan sholat adalah untuk mengingat Allah , menuju
(mi’raj) kepada Allah, seolah dihadapan atau berjumpa ke hadhirat Allah
untuk menyembahNya, sehingga kita dapat terhubung / sampai (wushul)
kepada Allah dalam upaya kita untuk mendapatkan pertolongan Allah.
Nabi Muhammad Saw bersabda, bahwa Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. Yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.
Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya
kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu)
dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan
Tuhan”
Allah berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).
Sholat adalah amal / perbuatan yang merupakan kelanjutan atau
perwujudan dari syahadat (kesaksian) yang telah diucapkan atau kita
janjikan.
Apakah syarat agar amal / perbuatan sholat kita dapat berhasil, dilakukan khusyu’, terhubung / sampai (wushul) kepada Allah ?
Kita harus mencontoh peristiwa ketika kita pernah terhubung / sampai (wushul) kepada Allah.
Ketika kita masih bayi dalam kandungan yang bersih dan suci telah keadaan “menemui” Allah.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (QS- Al A’raf 7: 172)
Ketika kita masih bayi dalam kandungan tidak melakukan aktifitas
inderawi secara sempurna. Dengan kata lain seorang bayi tidak makan dan
tidak minum atau berbicara dengan mulut, tidak bernapas dengan hidung,
tidak melihat dengan mata, tidak mendengar dengan telinga, dan tidak
buang air besar atau kecil melalui anus atau kemaluan. Tetapi bayi
tersebut mendapatkan semua kebutuhan jasmaninya melalui saluran plasenta
yang menghubungkan antara pusar bayi dengan dinding rahim ibu.
Dalam kandungan, seorang bayi juga tidak berpikir dikarenakan fungsi
otaknya belum sempurna, tetapi kemampuan ruhani bayi telah hidup
sempurna.
Sayangnya setelah bayi itu tumbuh dewasa, dia tidak dapat mengingat
perjalanannya ketika berada dalam kandungan rahim ibunya. Oleh karena
itu Islam mengajarkan agar setiap umatnya kembali menjadi seperti bayi
dalam kandungan, agar dirinya dapat kembali menemui Allah.
Jadi syarat agar dapat mendirikan sholat khusyu’ sehingga kita dapat
”menemui”, mi’raj, terhubung (wushul) kepada Allah adalah kita harus
mencontoh keadaan ketika kita masih bayi dalam kandungan yakni, bersih
dan suci (fitrah), mengistirahatkan panca indera atau aktifitas
inderawi, meninggalkan ikatan hawa nafsu, mengistirahatkan apapun yang
dipikirkan , memutuskan hati dari segala keterkaitan dengan yang
selain Allah
Syarat ini diwujudkan secara amal lahiriah dalam bentuk wudhu,
bersuci (thaharah) sebagai hukum syarat sholat, namun hakikat atau
secara bathinnya adalah menghapuskan dosa atau pensucian diri (tobat),
menyingkirkan sifat-sifat hawa nafsu manusianya dari dalam diri dan
jiwanya, memutuskan hati dari segala keterkaitan dengan yang selain
Allah atau menanggalkan sifat syirik dan kemaksiatan diri dalam
hidupnya, sebagai contoh mendirikan sholat tidak lalai ataupun riya.
Selengkapnya tentang sholat yang lalai, silahkan baca tulisan pada, http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/09/mereka-lalai/
Diantara waktu wudhu saat ini dengan sholat terakhir kita ada
kemungkinan secara tidak sengaja hati kita ada keterkaitan dengan selain
Allah atau syirik, maka teguhkanlah kesaksian kembali dengan
mengucapkan syahadat agar sholat yang akan dikerjakan diterima Allah
dengan baik, karena kita sebagai seorang muslim. Sebagaimana
Rasulullah SAW bersabda,
“Seorang yang selesai berwudhu dengan baik lalu mengucapkan dua
kalimat syahadat, maka akan terbuka baginya pintu-pintu surga yang
delapan dan dia dapat memasuki pintu yang mana saja dia kehendaki“. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Peneguhan kesaksian kembali sangat diperlukan agar kita sebagai muslim karena Allah memperingatkan dalam firmanNya yang artinya,
“Sungguh, bila kamu berbuat syirik, maka hapuslah amalanmu, dan sunguh kamu tergolong orang-orang yang rugi” (QS Az Zumar: 65 )
“Amalan-amalan mereka (orang-orang musyrik/kafir) adalah bagaikan debu yang diterpa oleh angin kencang di hari yang penuh badai” (QS Ibrahim: 18 )
“Siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia beramal shalih dan tidak menyekutukan sesuatupun dalam ibadah kepada Tuhannya” (QS Al Kahfii: 110 )
“Dan siapa yang melakukan amal shalih, sedang dia itu mukmin, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya dan sesungguhnya Kami tuliskan bagi dia apa yang dia lakukan” (QS Al Anbiya: 94 )
“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedang dia itu mukmin,
maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta Kami akan
memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa
yang telah mereka amalkan” (QS An Nahl: 97 )
“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedangkan dia mukmin, maka mereka masuk surga seraya mereka diberi rizqi di dalamnya tanpa perhitungan” (QS al Mukmin : 40 )
Agar mendapatkan khusyu’ dalam sholat adalah dengan memperhatikan dan kesadaran tumakninah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah:
Rasulullah Saw masuk ke dalam masjid dan seseorang mengikutinya.
Orang itu mengerjakan shalat kemudian menemui Nabi Saw dan mengucapkan
salam. Nabi Saw membalas salamnya dan berkata, “Kembalilah dan
shalatlah karena kau belum shalat”. Orang mengerjakan shalat dengan cara
sebelumnya, kemudian menemui dan mengucapkan salam kepada Nabi Saw.
Beliau pun kembali berkata, “Kembalilah dan shalatlah karena kau belum
shalat”. Hal itu terjadi tiga kali. Orang itu berkata, “Demi Dia yang
mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak dapat mengerjakan shalat
dengan cara yang lebih baik selain cara ini. Ajarilah aku bagaimana cara
shalat”. Nabi Saw bersabda, “Ketika kau berdiri untuk shalat, ucapkan
takbir lalu bacalah (surah) dari Al Quran kemudian rukuklah hingga kau merasa tenang (thuma’ninah). Kemudian angkatlah kepalamu dan berdiri lurus, lalu sujudlah hingga kau merasa tenang selama sujudmu, kemudian duduklah dengan tenang, dan kerjakanlah hal yang sama dalam setiap shalatmu“. (1:724 – Shahih Al Bukhari).
Diantara gerakan dalam Sholat, berikan waktu sejenak (tinggalkan aktifitas jasmani/ jasad) agar ada kesempatan ruhNya dapat mi’raj, bertemu dan terhubung (wushul) kepada Allah.
Sebagaimana Imam Al-Ghazali mengibaratkan gerakan dan bacaan dalam
shalat itu seperti jasad, sedangkan khusyu’ dan tumakninah adalah
ruhnya. Masih banyak para mushallin yang ‘berjasad’ baik, bahkan
sempurna tanpa cacat, namun tak memiliki ‘ruh’. Akhirnya, shalatnya
hanya sebatas ritual, bukan sumber spiritual.
Selengkapnya tentang tumakninah, silahkan baca pada tulisan pada, http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/09/mereka-lalai/tumakninah/
Dasar dari Tumakninah, kita harus mengetahui dan mempunyai kesadaran tentang RuhNya, sebagaimana firman Allah yang artinya,
“Kemudian Dia menyempurnakan penciptaannya dan Dia tiupkan
padanya sebagian dari Ruh-Nya dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan rasa, tapi sedikit sekali kamu bersyukur” (QS As Sajadah 32 : 9 )
Dengan melakukan sholat khusyu’, InsyaAllah akan membekas yang dalam
keadaan selalu mengingat Allah, sehingga waktu diantara mendirikan
sholat akan tercegah perbuatan keji dan mungkar dan kita termasuk
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring (ulil albab).
Sebagaimana firman Allah yang artinya,
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan“. (QS al Ankabut : 45)
Bagi sebagian muslim yang mendalami tasawuf, mereka mengikuti
thariqah/tarekat dengan memperbanyak dzikir (wirid) terhadap Allah untuk
menambah frekeunsi atau waktu untuk mengingat Allah. Sehingga, dengan
pertolongan Allah, tiada waktu lagi tanpa mengingat Allah atau dengan
kata lain, dengan pertolongan Allah, mencapai keadaan selalu mengingat
Allah dan sebenar-benarnya bersaksi,
لا إِلَهَ إِلا اللهُ
La illa ha illallah
Wassalam
TIPS AGAR DAPAT SHALAT DENGAN KHUSYU’
Khusyu’ menurut defenisi Hasby ash Shiddieqy adalah pengekspresian
ketundukan pada Allah dengan hati dan jasmani yang tenang. dengan
demikian, dapat diambil kesimpulan khusyu’ berawal dari adanya
ketenangan (thuma’ninah)
Khusyu’ adalah ruhnya shalat. setiap muslim, yang selalu bersemangat
meniti jalan menuju nilai-nilai taqwa, pastilah mengerahkan segenap daya
upayanya untuk mencapai ke-khusyu’an dalam shalatnya.
QS : 23:1.” Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”
QS : 23:2. “(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya
QS : 23:2. “(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya
Menurut Iman Al-Ghazali, shalat khusyu’ itu terdiri dari 6 pilar, yaitu :
1. Hudlurul Qalbi (Menghadirkan Hati)
Adalah pemusatan fikiran dan fokus bermunajat kepada Allah, tidak sedang berpikir yang lain. terkadang seseorang berpikir tentang sesuatu dalam shalat, pada hal sebelumnya dia tidak memikirkan apa pun, itu lah setan yang mencoba menyelami pikiran manusia agar berpaling dari kekhusyu’an.
Adalah pemusatan fikiran dan fokus bermunajat kepada Allah, tidak sedang berpikir yang lain. terkadang seseorang berpikir tentang sesuatu dalam shalat, pada hal sebelumnya dia tidak memikirkan apa pun, itu lah setan yang mencoba menyelami pikiran manusia agar berpaling dari kekhusyu’an.
2. Tafahhum (Penghayatan)
Mengerti dan memahami apa yang dibaca dalam shalat. dengan bekal pemahaman atas apa yang dibaca dalam shalat, seseorang dapat memusatkan fikirannya pada bacaannya. dan setelah memahami arti dan maksud dari bacaan, hendaknya di hayati.
Mengerti dan memahami apa yang dibaca dalam shalat. dengan bekal pemahaman atas apa yang dibaca dalam shalat, seseorang dapat memusatkan fikirannya pada bacaannya. dan setelah memahami arti dan maksud dari bacaan, hendaknya di hayati.
3. Ta’dzim (Membesarkan Allah SWT)
Mengakui kebesaran Allah adalah pujian kepada Allah SWT atas Maha hebatNya atas segala nikmat yang diberikanNya. kebesaran atas kekuasaanNya yang tak tertandingi, yang menciptakan bumi dan langit berserta isinya, serta kagum atas kehebatan Allah yang maha besar atas segalanya.
Mengakui kebesaran Allah adalah pujian kepada Allah SWT atas Maha hebatNya atas segala nikmat yang diberikanNya. kebesaran atas kekuasaanNya yang tak tertandingi, yang menciptakan bumi dan langit berserta isinya, serta kagum atas kehebatan Allah yang maha besar atas segalanya.
4. Haibah (Takut dan Kagum atas kebesaran Allah SWT)
“Dari abi Rihanah sesungguhnya ia bersama Rasulullah SAW pada suatu peperangan, kemudian dia mendengar pada suatu malam Rasulullah SAW berdoa, api neraka haram menyentuh orang yang bergadang untuk ibadah di jalan Allah dan api neraka haram menyentuh orang yang air matanya mengalir karena takut kepada Allah. (H.R. ad Darimi)
“Dari abi Rihanah sesungguhnya ia bersama Rasulullah SAW pada suatu peperangan, kemudian dia mendengar pada suatu malam Rasulullah SAW berdoa, api neraka haram menyentuh orang yang bergadang untuk ibadah di jalan Allah dan api neraka haram menyentuh orang yang air matanya mengalir karena takut kepada Allah. (H.R. ad Darimi)
5. Raja’ (Mengharap ampunan Allah)
QS : 2:218. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
QS : 2:218. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
6. Haya’ (Rasa Malu)
QS : 16:19. “Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakan”
QS : 16:19. “Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakan”
Allah SWT adalah Dzat yang maha mengetahui segala sesuatu yang ada di
bumi, perbuatan baik pastilah akan mendapat pahala dan perbuatan buruk
menjadi dosa dan kehinaan bagi diri manusia itu. Diri kita yang tak
luput dari dosa dan hawa nafsu, tampak begitu hinanya kita atas dosa
kita di hadapan maha sucinya Allah, dan rasa malunya kita dihadapan
Allah, membuat diri merasa takut akan dosa kita dan siksa Allah SWT,
sehingga memacu kita untuk bertaubat dg sungguh sungguh dan selalu
berbuat amal kebaikan untuk medapat ridho Allah SWT.
.
.
0 Response to "Tips Sholat Khusyu’"
Posting Komentar